Nafsu Hina yang Melilit2

 Chapter II-Ketidak Sengajaan Yang Nikmat


POV Midun
Aku merasakan ada sebuah tangan yang menggerakan bahuku. Tidak begitu jelas tangan siapa yang mengoyang-goyangkan bahuku tersebut. Aku berpikir itu adalah ulah istriku. Namun aku tersadar akibat gerakan itu semakin bergerak keras di bahuku. Aku sempat menangkis tangan tersebut. Entahlah, mungkin tanganku mengenai sikunya. Ketika aku membuka mataku ternyata sosok yang membangunkanku itu ialah nyonya besar. Aku kaget bukan kepalang. Karena nyonya mengenakan daster sexy dan membangunkanku dengan posisi menunduk sehingga payudaranya terlihat begitu jelas melalui celah dadanya. Ahhhhhh... aku begitu terangsang karena nyonya hanya mengenakan daster tipis tanpa berbalut BH dan celana dalam. Lekukan tubuhnya begitu indah. Payudaranya sangat-amat bagus. Ahhhhh... ingin rasanya kujamah payudara itu dengan liar. Ingin rasanya pemandangan ini tak cepat berlalu. Sungguh amat sangat langka pemandangan wanita cantik memperlihatkan tubuhnya seperti ini di dalam hidupku.... nafsuku sontak meninggi, dan otong yang ada di sarangku pun sontak mengeras dengan seketika.... ingin rasanya kuperkosa nyonya besar ku ini. Tapi kapan ada kesempatan datang untuk merealisasikannya ? entahlah.....


Subuh ini kira-kira jam 03:20 nyonya menyuruhku untuk mengantarkan tuan besar ke bandara. Entahlah apa maksud tuan ingin berangkat subuh seperti ini. ketika dalam perjalanan ke bandara Tuan selalu marah-marah di telpon kepada anak buahnya yang kurang mampu mengelola administrasi perusahaan dengan baik. Namun pikiranku tidak tertuju pada amarah tuan. Pikiranku justru tertuju kepada istrinya yang cantik nan bahenol. Rezeki nomplok bisa melihat tubuh istrinya, yang begitu indah. Apalagi tanpa mengenakan BH, payudara nyonya begitu bagus. Sesampainya di bandara tuan menitipkan satu buah berkas untuk diberikan kepada istrinya. Tampaknya berkas tersebut adalah susunan anggaran pembiayaan perusahaan yang berisi nomor-nomor rekening yang harus di transferkan oleh nyonya kepada perusahaan

Sekarang sudah jam 04:00 Subuh dan akupun kini berada di depan rumah majikanku. Setelah memarkirkan mobil yang ku kendarai di parkiran, aku melangkah menuju lantai dua ke kamar nyonya sambil membawa berkas yang dititipkan tuan kepadaku. Terlintas di pikiranku untuk meneruskan Niat Jahatku untuk menikmati tubuh indahnya nyonya. Aku mencoba mencari seutas tali di rumah itu untuk berjada-jaga jika Nyonya Stevi melakukan hal-hal yang diluar dugaan.


aku mencoba memasuki kamar nyonya tanpa mengetuk pintu. ku pegang ganggang pintu itu dan kemudian kubuka dengan perlahahan.

Krrreeeeeeekkkkkkkk! “ suara pintu kamar sedikit berbunyi.

Mati aku ucapku dalam hati sambil berusaha lebih hati-hati lagi. Kucoba mengintip dari selah-selah pintu yang masih terbuka setengahnya ke seluruh arah kamar tidurnya. Beruntung saja aku mendapati ia sedang tertidur pulas di ranjangnya yang berada diujung kiri sisi kamarnya . ia masih mengenakan daster mini berwarna cream yang sama. Tanpa BH, dan tanpa mengenakan celana dalam. Sungguh pemandangan yang amat sangat merangsang melihat tubuhnya yang berbaring dengan indah. Pejantanku mulai mengeras, sehingga membuatku makin tak nyaman jika tidak disalurkan ke betinanya.

Aku mencoba melangkah mendekati Bu Stevi yang sedang berbaring menyamping menghadap tembok sementara bokongnya tepat mengahap dengan liarnya kearahku. Sambil membawa seutas tali yang aku persiapkan tadi. Aku berusaha berbaring dengan sangat hati-hati di belakangnya. Aku juga berusaha agar tidak banyak menggerakan tubuhku sehingga tidak menimbulkan efek getaran di ranjang nyonya. Tali yang aku bawa tadi, aku letakan tepat diatas kepalaku.
Ohh Mai Gooooooshh.. Aku berbaring layaknya seorang suami tepat disebelahnya. Sementara bagian depan membelakangiku membuatku semakin merasa ingin memeluknya layaknya seorang suami.

Dengan perlahan tangan kiriku memeluk tubuhnya dengan mesra. Nyonya terdiam tanpa ada kata-kata yang keluar. Nafasnya masih tenang dan tubuhnya masih terlihat tenang. Jantungku berdebar dengan sangat kencang . dalam kondisi memeluk sang nyoya ini aku terdiam dan berpikir sejenak. 


“Gilaaa...aku sungguh berani melakukan hal ini kepada majikanku... ??! bagaimana nasibku jika ia tahu kalau yang memeluk dia bukanlah suamiya? Apakah aku akan dipenjarakan atas perbuatanku sekarang ??! ahhh... biarlah! Aku tak peduli !... siapa suruh dari dulu bersikap tidak manis terhadapku,,, siapa suruh membangunkanku dan memancing nafsuku debngan mengenakan rok mini ini tadi ..!”


Aku kemudian meraih payudaranya kirinya dan meremas dengan lembut....
Mhhhhhmmm......” ucap nyonya dengan lembut... 


Kuremas lagi dengan lembut dan kupilin-pilin payudaranya dari luar pakaiannya.
mmmmmmhhhhhhhmmmmhhhh... papah ga jadi berangkat??!” ucapnya dengan nada lembut



tanpa melakukan gerakan sedikitpun, Akupun terdiam dan tak mengeluarkan suara sedikitpun. Aku tak mau menjawab pertanyaan mengerikan itu. Jantungku berdebar-debar menyadari segala aksi yang sedang kulakukan terhadap bu Stevi. 

“mmmmhhhhmmmmmhhh.... enak pah,,,, terus kaya gitu,,,,,, mhhmmmmm.. papah disini aja. Besok siang saja berangkatnya.” Ucap Bu Stevi keenakan. Dia tidak menyadari bahwa yang sedang memilin-milin pentilnya adalah aku. Pembantunya. 


Akupun kemudian meremas-remas payudara bu Stevi dengan penuh semangat serta dengan penuh ketegangan.. mataku kupejamkan, kepalaku kudekatkan pada lehernya sehingga nafasku menghembus lembut kearah leher belakang Bu Stevi... aku mencoba menikmati moment menegangkan dan mengenakan tersebut. 


“mmmmhhhmmmmmhhhhh... papah kali ini mainya lembut banget, penuh nafsu.. mamah suka banget pah,,,,” ucapnya sambil menahan geli keenakan akibat sentuhan demi sentuhan yang aku mainkan di payudaranya 


“yah...iiiiaaahhhh,,,, terus kaya gitu pah..... maaamaaah suka,,, ahhhhh” ucapnya menikmati sentuhan lembut dari tanganku. Akupun makin bernafsu akibat ucapan bu Stevi. Aroma wangi dari rambutnya yang menutupi sebelah lobang hidungku membuatku ingin berlama-lama berada di belakangnya.

----------------

Noynya besar ini tidak mengetahui bahwa sekarang yang menyetubuhinya bukanlah sang suami. Melainkan pembantunya sendiri. Midun terlihat gugup, jantungnya berdebar sangat kencang. Midun seolah-olah telah dikomandokan oleh nafsunya agar mengayunkan jari-jarinya sehingga nyonya terkapar tak berdaya gara-gara permainan jari dan tangan Midun...



setelah membuat nyonya terangsang berat dari ujung kaki hingga ujung kepala, Midun mencoba memainkan jarinya di area sensitif lainnya. Midun mencium dan menjilat leher belakang bu Stevi, meremas bokong bu Stevi, kemudian memainkan kemaluan bu Stevi denga jarinya.



Bu Stevi makin liar dibuatnya. bu Stevi menggoyang goyangkan tubuhnya mencoba mengikuti irama kenikmatan yang dilayangkan oleh tangan Midun dan jari-jari Midun. Hingga akhirnya bu Stevi tak sengaja ingin meraih kontol yang sudah keras dengan tangannya kearah belakang, bu Stevi merasa ada kejanggalan dengan ukuran batang yang ia sentuh...


“Huh...??! bukankah suamiku bilang dia akan ke bandara??! Terus orang yang dibelakangku ini siapa??!?” ujar bu Stevi dalam hatinya.

Bu Stevi mencoba menolehkan kepalanya kearah belakang dan betapa kagetnya ia melihat muka mesum Midun sedang menjamah, menciumnya dari belakanag...

“Midunn.. astagaa... apa yang kamu lakukan ??!” ucap nyonya bertteriak sambil berusaha sekuat tenaga melepaskan tangan enak itu dari tubuhnya.

“Nyonya, saya hanya ingin menyalurkan nafsu saya terhadap nyonya” ucap Midun dengan penuh nafsu liar sambil mencoba melerai tangan nyonya...

“Midun...! saya ini adalah majikan kamu Midun...! tolong jangan lakukan hal gila ini... tolong...” rintih nyonya sambil berusaha sekuat tenaga untuk melepaskan tangan nikmat Midun...

“tiiddaaakkkk...! saya tidak akan melepaskan nyonya sampai gairah nafu saya terpenuhi..!” ucapp Midun dengan gagah sambil menatap tajam kearah bu Stevi yang dari tadi menoleh kebelakang.

“kurang ajar kamu Midun..! bangsssattt... ! saya tak mengira kamu berani melakukan ini..!” amuk bu Stevi sambil berusaha melepaskan dirinya dari cengkaraman Midun.

“saya juga tak mengira kalau nyonya Stevi berani memotong gajih saya yang sudah rendah ini...! saya sudah lama dendam denganmu nyonya... sekarang adalah kesempatan emas bagi saya untuk memberikan pelajaran atas sikap-sikap nyonya yang dahulu....”

“tidak Midun... saya mohon jangan lakukan ini...! saya minta maaf Midun...! saya minta maaa...aaa.aaaaaffffffff” rengek bu Stevi

“baiklah saya akan maafkan. Saya juga meminta maaf kalau saya harus memperkosa ibu terlebih dahulu..” ucap Midun dengan nada puas.

“tidaaakkk Midun....jangan lakukan hal ini... saya tidak jadi memotong gajihmu... saya akan menaikan gajihmu... saya mohon maafkan saya....tolong lepaskan saya Midun..” ucap bu Stevi merengek sambil memohon belas kasian..

Midun meraih tali diatas kepalanya yang telah ia persiapkan sejak awal. Kemudian berusaha meraih tangan bu dan mengikatnya Stevi satu demi satu.


“Tolong Midun,,, saya mohon kasihani saya...” ucapa bu Stevi tak berdaya sambil memohon belas kasihan Midun.

“Apa yang harus saya kasihani terhadap wanita cantik, kaya, mapan seperti dirimu bu Stevi...??!” “bukankah diriku dan kontolku-lah yang harus dikasihani karena merengek belas kasihan dari dahulu terhadapmu dan terhadap tubuh indahmu..???! “ ucap Midun dengan nada tinggi sambil meneruskan ikatannya.

Ikatan Midun lumayan kencang terlalu sulit untuk dilepaskan oleh wanita seperti bu Stevi. Ikatan itu ia teruskan kesisi atas kasur bu Stevi. Ia berusaha agar ikatan tangan itu menyatu pada batang besi kasur sehingga bu Stevi tidak bisa memberikan perlawanan.


Sekarang tangan bu Stevi terjulur keatas, menyatu dengan ikatan batang diatas kepala bu Stevi. Sementar Midun tertawa kecil melihat raut wajah bu Stevi yang menitikan air mata dan merengek dengan nada kecil..

Midun: hahaha... sekarang lakukanlah apa yang ingin kamu lakukan untuk menyelamatkan dirimu..

Bu Stevi: ........ (bu Stevi hanya bisa menangis sejadi-jadinya meratapi nasibnya dikamar itu. Ia sadar bahwa usahanya akan sia-sia jika ia berteriak sekencang-kencangnya. Karena kamar bu Stevi dirancang untuk kedap suara)

Midun: kenapa kamu diam ??! triakk... ayo triaakkkk.. bukankah kamar ini memiliki rancang bangunan yang kebal terhadap suara dari luar maupun dari dalam ??! haa..haaa.haaa...

Bu Stevi: dari mana kau mengetahui hal itu ... ??! ucap bu Stevi penasaran

Midun: Pak Alen secara tidak sengaja menceritakannya kepadaku ketika ia bertengkar dengan kamu..

Midun mendekati bu Stevi, melanjutkan sesuatu yang tertunda tadi. Menyinkap daster Bu Stevi dengan kasar dan Menjilat payudara Bu Stevi dengan rakus.

Hmmmhhhhh..hmmmhhhh... payudaramu enak banget stev.... kenyal....” ucap Midun dengan penuh nafsu. Midun juga terkadang menggigit payudara bu Stevi dengan pelan agar gairah sang majikan meninggi.

“arrrggghh.... enak ga stev ...... arghhmmmmmmm....” ucap Midun sambil memainkan puting payudara bu Stevi. Pelan tapi pasti Midun melakukan hal yang sama pada payudara bu Stevi...

“aaakkkkhhhh Midunn..... akkkhhhhh.. hentikan perbuatanmu... hentikaaaaaannn” mohon bu Stevi sambil menahan nikmat...

“tidak bu...! subuh ini kau adalah budakku di kamar ini...!” ucap Midun sambil memulai aksi tangannya kearah vagina bu Stevi. Midun menyingkap keatas daster yang dikenakan bu Stevi kemudian mengelus-elus dengan lebut klistoris milik bu Stevi.....

“aaaahhh Midunnn.. ! arrrrkkkkkhhggmmmmhhh.. hentikan perbuatanmu...” ucap bu Stevi yang nafsunya mulai menginggi akivbat harta berharganya dimainkan oleh laki hitam, bau, dekil, dan berfrofesi sebagai pembantu.

“he’eh nyonya.. terserah nyonya mau ngomong opo...” ucap Midun cuek sambil melanjutkan aksi menghisap payudara serta memainkan klistoris sang majikan.

“aahhh,,ahhrgh.. Midun.. kau sungguh gila..!” ucap nyonya merintih menahan nikmat. Hati bu Stevi mulai terbakar oleh nafsu. Hatinya mulai menggebu-gebu dipermainkan layaknya mainan oleh Midun. Namun disisi lain sesuatu yang sangat nikmat menyerbu tubuhnya tanpa mengindahkan aturan apapun yang mengikat.

“nyonya kalo masih bawel nanti saya main 10 ronde loh..! biar nyonya tau rasa !” ucap Midun kesal. Sambil mulai melepaskan seluruh pakaian yang ia kenakan. Setelah semua terlepas nampaklah batang Midun yang sudah mengeras. Batanng Midun sangat gagah, dihiasi oleh urat-urat yang berjejer tak rapi, batangnya yang berwarna hitam seolah-olah memberi kesan bahwa ia memiliki tenaga yang super banyak dalam hubungan percintaan. Ukuran penis Midun yang mirip dengan terong biru menandakan bahwa setelah ini vagina bu Stevi akan diobok-obok oleh penis itu. Sungguh ukuran penis yang diidam-idamkan oleh semua pria. Termasuk idaman para silent reader yang membaca tanpa meninggalkan jejak di cerita ini.

“ampun Midun.....ampunn... saya mohon hentikan.... penismu terlalu besar Midunn...” rengek bu Stevi meminta belas kasih.

Midun mengarahkan penisnya mendekati bibir vagina bu Stevi dan langsung melakukukan penetrasi.

“akkkkkhhhhhhhh......!”

saya belum memasukan penis saya kok kamu malah menjerit sih babi...!” ucap Midun kesal pada bu Stevi.


“ma...af mid...un.....say..a t...a...kut sa..ma uku...ran pen...is ka...mu...” ucap bu Stevi terbata-bata sambil menangis.

Midun mulai memasukkan penisnya yang gagah perkasa bagaikan banteng meksiko kedalam vagina bu Stevi.

“kok sempit sekali memekmu stev...” ucap Midun sambil berusaha sekuat tenaga memasukan penisnya

“Please Midunn.... saya sudah bersuami... tolong Midun.. saya mohon hentikan..” ucap wanita itu dengan nada lirih

akibat usaha, dan perjuangan akhirnya penis Midun menjebol liang vagina bu Stevi.

“akkkkhhhh Midunnn...... iiihhhh......” ucap bu Stevi sambil menahan besarnya penis yang masuuk.

“rasakan kau Stevi..! rasakan pembalasanku ...!” ucap Midun sambil menghentak-hentakan pinggulnya dan penisnya dengan keras kearah vagina bu Stevi.

“aahhhhh....mmm...iii......duu..nn...... mmmmmhhhmmm”

“coba potong lagi gajih saya Stevi,,,, potong...!, rasakan ini.. ! ini adalah pelajaran bagi kamu Stevi yang semenang-menang terhadap saya.....”

“Amppunnnn Midunn... ampunnn.....” ucap bu Stevi dengan nada tersengal-sengal.

Midun merasakan sensasi yang sangat mendebarkan ketika menyetubuhi majikannya yang cantik, sexy, mulus, putih. Sungguh kenikmatan yang jauh lebih besar ketimbang bersetubuh dengan istrinya sendiri...vaginanya yang masih sempit, kulitnya yang begitu putih nan bening akibat perawatan di salon membuat Midun merasakan sensasi bercinta dengan dewa putri Yunani.

“ahhkkkhh,, ahhkkhh,,,ahhkkhh,,” ucap bu Stevi. Rasa sakit yang menerpa liang vaginanya kini berubah menjadi rasa nikmat yang luar biasa. Akibat sodokan yang kasar serta hentakan yang kencang yang menerpa liang vaginanya. Mata bu Stevi menatap tajam kearah Midun... kini ia dihadapkan dengan dua pilihan yang gila. Mengakui dan Menikmati besarnya penis sang pembantu atau berlagak kemahalan dan berpura-pura tidak menikmati pemerkosaan yang sedang ia alami..

“hhhhuuuhh... mmmhhm...mmhhmmm.. stevhh... aku.. mmhh” ucap Midun

Tiba-tiba hal yang tak disangka dan tak terpikirkan oleh bu Stevi datang..