Selingkuh dengan 2 kontol sekaligus menggilir memek ku

 Aku berkenalan dengan Ratna dan cowoknya yang kebetulan bertemu waktu lagi shopping di mall. Royal juga saudaraku yang satu ini, belanjaannya banyak dan semuanya bermerk, aku saja sampai geleng-geleng kepala melihatnya. Malamnya sepulang dari undangan yang diadakan di sebuah restoran mewah di ibukota, aku langsung menjatuhkan diri ke kasur setelah melepaskan gaun pesta seksi ku dan menyisakan celana dalam pink saja. Aku rebahan bugil di ranjang merenggangkan otot-ototku sambil menunggu Yesti yang sedang memakai kamar mandi.


Dia tadi minum JD lumayan banyak, kemungkinan dia muntah-muntah di dalam sana kali pikirku.”Yes, sekalian ambilin kaos gua di gantungan baju di dalam dong,” pintaku ketika dia keluar limabelas menit kemudian, matanya nampak sayu karena pengaruh alkohol dan kelelahan.

Dia memberikan kaos itu padaku lalu memintaku membantu melepaskan kait belakang gaun malamnya. Setelah memakai kaos, aku membuka kait dan menurunkan resleting gaunnya. Yesti pun memeloroti bajunya sehingga nampaklah dadanya yang montok, ukurannya tidak beda jauh dengan milikku, cuma putingnya lebih kecil sedikit dari punyaku. Hanya dengan bercelana dalam G-string dia berjongkok di depan kopornya mencari pakaian tidur.

“Kenapa Ci? Kok ngeliatin gua terus, jangan-jangan lu..?” katanya nyengir karena merasa kulihat terus tubuhnya sambil membanding-bandingkan dengan tubuhku.

“Yee.. Nggak lah yaw!! Dasar negative thinking aja lo ah!” ujarku sambil tertawa.
Malam itu, sambil berbaring kita ngobrol-ngobrol, pembicaraan kita cukup seru dari masalah fashion, kuliah, cinta dan seks sehingga bukannya tertidur, kita malah larut dalam obrolan dan canda-tawa. Terlebih lagi ketika memasuki topik seks dan aku menceritakan secara gamblang kehidupan seksku yang liar, dia terkagum-kagum akan keliaranku dan kelihatannya dia juga terangsang.
Namun ketika gilirannya bercerita, suasana jadi serius, di sini dia menceritakan dirinya sedang ribut besar dengan pacarnya yang selingkuh dengan cewek lain, aku dengan penuh perhatian mendengarnya curhat padaku. Nampak matanya berkaca-kaca dan setetes air mata menetes dari matanya yang sipit, dia memeluk bantal lalu menangis tersedu-sedu dibaliknya. Sebagai wanita yang sama-sama pernah dikhianati pria, aku juga mengerti perasaannya, maka kurangkul dia dan kuelus-elus punggungnya untuk menenangkannya. Aku berusaha keras menghiburnya agar tidak terlalu larut dalam kesedihan dan memberikan air putih padanya.

Beberapa saat kemudian tangisnya mulai mereda, dengan masih sesegukan dia memanggil namaku.
“Hh-mm.. Apa?”
“Ci, tadi lu bilang lu pernah bikin film bokep pribadi kan ya
“Mm.. Iya, so what?” jawabku sambil mengangguk.
“Boleh gua liat nggak, hitung-hitung penghilang stress.. Boleh ya?”
“Ehh.. Eh.. Gimana ya? Sekarang?” aku bingung karena risih juga kalau film pribadiku dilihat orang lain.
Akhirnya karena didesak terus dan mengingat sama-sama cewek ini, akupun menyerah. Kunyalakan komputer di seberang ranjangku dan mengambil VCD-nya yang kusimpan di lemari. Yesti adalah orang pertama di luar geng-ku yang pernah menonton vcd ini. Gambar di layar komputer memperlihatkan diriku sedang dikerjai para tukang bangunan, serta adegan seks massal dimana Verna juga belakangan ambil bagian didalamnya membuat jantung kita berdebar-debar. Yesti nyengir-nyengir ketika melihatku yang tadinya berontak akhirnya takluk dan menikmati diperkosa oleh empat kuli bangunan itu.

“Hi… hi… hi… Malu-malu mau nih yee!” godanya yang kutanggapi dengan mencubit pahanya.
Aku merasakan memek ku becek setelah menonton film yang kubintangi sendiri itu, kurasa hal yang sama juga dialami oleh Yesti karena waktu nonton tadi dia sering menggesek-gesekkan pahanya.
“Ci, gua juga mau dong bikin bokep pribadi kaya lu” pintanya yang membuatku kaget.
“Ngaco lu, jangan yang nggak-nggak ah, nanti gua dibilang ngerusak anak orang lagi, nambah-nambah dosa gua aja!” aku menolaknya.
“Aahh.. Ayolah Ci, lagian gua juga sudah nggak perawan ini, sudah basah jadi tanggung sekalian aja mandi”
“Jangan Yes, gua nggak enak ke lu”
“Ayolah, gua cuma mau ngebales aja kok, Napoleon juga membalas berselingkuh waktu tahu istrinya selingkuh, itu baru adil, ya kan” katanya sok sejarah.

“Ya.. illah.. Napoleon aja sampai dibawa-bawa, kalaupun gua mau, bikinnya sama siapa, cowoknya mana?”
“Di villa aja Ci, penjaga villa lu masih kerja di sana kan? Sekali-kali gua mau coba gimana rasanya tongkol kampung nih, please”
Karena didesak terus dan dia sendiri yang minta, maka akupun terpaksa menyetujuinya, lagian aku sendiri sudah lama tidak berkunjung ke sana, pasti Pak Joko dan Taryo senang apalagi aku ke sana membawa 'barang baru'.
kita tidur sekitar jam duabelas dan bangun jam delapan pagi. Setelah sarapan, kita mengemasi barang bawaan, lalu pamit pada mamaku memberitahukan bahwa kita akan ke villa. Aku memakai baju untuk suasana rileks berupa halter neck merah yang memperlihatkan punggungku dipadu dengan celana pendek jeans yang ketat. Yesti memakai gaun terusan mini yang menggantung sejengkal di atas lutut, rambutnya yang panjang diikat ke belakang dengan jepit rambut Tare Panda. kita berangkat dari Jakarta sekitar jam sepuluh dan tiba di tujuan jam satu lebih, gara-gara liburan yang menyebabkan jalan agak macet.

“Sudah siap lu Yes? Kalau mau berubah pikiran belum telat sekarang, tapi kalau mereka sudah ngerjain lu, gua nggak bisa apa-apa lagi” tanyaku ketika sudah mau dekat.
“I'm ready for it, lagian gua juga mau tahu rasanya diperkosa itu kaya apa” katanya yakin.
Kamipun sampai ke villaku, Pak Joko membuka pintu garasi beberapa saat setelah kubunyikan klakson.
“Waduh Neng, sudah lama kok nggak ke sini.. Bapak kangen nih!” sapanya menyambut kita.
“Iya Pak.. habis Cindy sibuk banget sih di Jakarta, kalau libur baru bisa main,” kataku, “O.. Iya Pak, kenalin itu sepupu Cindy, namanya Yesti”
Pak Joko terkagum-kagum memandang Yesti yang baru saja turun dari mobil, Yesti juga mengangguk dan tersenyum padanya. Kusuruh Yesti meletakkan dulu tasnya di kamar sementara kita mengeluarkan barang, setelah dia masuk, Pak Joko berbicara dengan suara pelan padaku.

“Eh.. Neng, Neng Yesti itu boleh dientot apa nggak, habis nge-gemesin banget sih, ayunya itu loh”
“Idih, Bapak jorok ah.. Dateng-dateng langsung mikirnya gitu”
“Duh, maaf-maaf Neng kalau nggak boleh, Bapak khilaf Neng”
“Nggak kok Pak, Bapak nggak salah, justru dia yang ngajak ke sini minta digituin, malah minta disyuting lagi Pak, Bapak mau kan disyuting, tenang aja Pak buat koleksi pribadi kok”
Pria setengah baya itu menunjukkan ekspresi senang mendengar jawabanku, dia langsung bergegas mau menemui Yesti untuk langsung mulai. Tapi buru-buru kutahan dengan menarik lengannya.

“Eh.. Sabar-sabar Pak nanti dulu dong, kita harus cari suasana dulu biar lebih hot, lagian kita lapar nih mau makan siang dulu, Bapak sekalian ikut makan aja yah” kataku sambil menyerahkan sekotak ayam goreng KFC dan menyuruhnya menyiapkan nasi.
“O iya Pak, si Taryo ada nggak? Mau manggil dia juga nih” tanyaku pada Pak Joko yang sedang beres-beres.
“Wah kurang tahu tuh Neng, telepon aja dulu”
Aku pun lalu menelepon vila sebelah, baru kujawab teleponnya setelah beberapa kali di sana bilang 'halo.. Halo.. Siapa ini?' untuk mengenali suaranya. Setelah yakin itu suara Taryo aku lalu mengundangnya ke sini dan mengutarakan maksudku. Tentu dia senang sekali ditawari seperti itu, tapi dia cuma bisa menemani hari ini saja karena dia bilang besok siang majikannya mau datang berlibur. Ketika kututup telepon, dibelakangku Yesti baru saja turun dari tangga lantai atas.

“Ngapain aja lu, lama amat beresin barang, yuk makan dulu, lapar nih!” kataku.
“Duh sori tadi sakit perut, kepaksa setor dulu ke WC deh”
Aku memberi usul bagaimana kalau kita makan di taman belakang dekat kolam renang saja, mumpung cuaca juga bagus, juga kusuruh Pak Joko menggelar tikar seperti piknik. Ketika lagi beres-beres bel berbunyi, itu pasti Taryo pikirku. Aku menyuruh Pak Joko meneruskan beres-beres sementara aku ke depan membukakan pintu.

Taryo, si penjaga villa tetangga, muncul di depan pintu dan langsung memelukku begitu pintu kututup. kita berpelukan dengan bibir saling berpagutan, tangannya mengelusi punggungku turun hingga berhenti di pantat, di sana dia remas bokongku yang montok. Serasa sepasang kekasih yang sudah lama tidak bertemu dan saling melepas rindu saja deh, what.. Taryo jadi kekasihku? Nggak lah yaw.. Just as sex partner!
“Mmhh.. Jangan sekarang ah, mau makan dulu, yuk sekalian gua kenalin sama sepupu gua!” aku melepaskan pelukannya sebelum dia bertindak lebih jauh lagi mau memelorotkan celanaku.

“Ehehehe.. habis kangen banget sama neng sih, apalagi neng tambah cantik kalau rambutnya kaya sekarang” katanya sambil mengomentari rambutku yang sudah lebih panjang dari yang dulu (kini sudah menyentuh bahu) dan kembali kuhitamkan.
Aku memberikan piring dan sendok garpu padanya dan mengajaknya ke taman. Disana Pak Joko dan Yesti juga baru menyendok nasi dan fried chicken ke piringnya. kita mulai makan dalam suasana santai, obrolan nakal mereka meramaikan suasana, malah sekali aku hampir tersedak karena tertawa. Taryo menenangkan dengan menepuk-nepuk punggungku dan dadaku, ujung-ujungnya tetap meremas toket ku.

“Apa sih pegang-pegang malah tambah kesedak tahu!” omelku sambil menepis tangannya.
Pelan-pelan Yesti mulai terbiasa dengan suasana seperti ini, dengan keudikan kedua orang ini, bahkan dia pun mulai berani jawab waktu ditanya aneh-aneh oleh mereka.

“Tuh, pahanya satu lagi, habisin aja Pak!” tawarku.
“Paha? Mana paha?” celoteh si Taryo pura-pura bego sementara tangannya meraih pahaku.
Langsung kutampik lagi tangannya dan disambut gelak-tawa. Setelah semua selesai makan limabelas menit kemudian kusuruh Pak Joko dan Taryo membersihkan perangkat makan dan mencucinya dahulu sekalian menunggu makanan di perut turun.
“Dah nggak risih lagi kan, habis ini kita ngentot nih, siap nggak?” tanyaku pada Yesti.
“Siapa takut, lagian gua seneng bisa ngebales si brengsek itu, biar dia tahu cewek juga bisa selingkuh, apalagi gua selingkuhnya sama orang yang nggak pernah dia duga” tegasnya.

“Tuh mereka sudah beres Yes, memek ku dipake” kataku melihat kedua penjaga villa itu keluar, “Pak Joko, tolong handycamnya masih di meja dalam”
Pak Joko pun masuk lagi dan keluar membawa handycamnya. kita duduk melingkar di tikar, aku memberi instruksi bak seorang sutradara. Kuperingatkan pada kedua pria itu agar tidak menyentuhku dulu selama aku mensyuting, agar hasilnya maksimal, tidak goyang seperti hasil syuting Verna.
Setelah semua siap, keduanya merapatkan duduk mereka pada Yesti, terlihat dia agak nervous dibuatnya.
“Santai aja Yes, ntar juga enjoy kok” saranku.
Kamera kunyalakan, tanpa disuruh lagi keduanya sudah mulai duluan. Pak Joko meletakkan tangannya di paha Yesti yang duduk bersimpuh, tangan itu merabai pahanya secara perlahan dan menyingkap roknya. Taryo di sebelah kanan meremas toket nya, sepertinya agak keras karena Yesti meringis dan mendesah lebih panjang. Sementara lidahnya menjilati leher jenjang Yesti, ke atas terus menggelikitik kupingnya dan menyapu wajahnya yang mulus.

Tangan Pak Joko sudah masuk ke dalam rok Yesti yang tersingkap, diremasinya memek nya yang masih tertutup celana dalam putih tipis yang memperlihatkan bulu memek nya. Pria kurus itu juga membuka resleting celananya hingga kontol nya yang sudah tegak menyembul keluar, lalu tangan Yesti digenggamkan padanya dan disuruh mengocoknya. Bibir mungilnya di cium dan dijilat dengan rakus oleh Taryo, mereka berciuman dengan hot, lidah mereka keluar saling jilat dan belit. Sambil berciuman Taryo menurunkan resleting punggung Yesti lalu memeloroti bajunya lewat bahu, juga disuruhnya Pak Joko memeloroti yang sebelah kiri, setelahnya bra-nya mereka lucuti pula. Kini toket montok saudaraku yang cantik ini terekspos sudah.
Pak Joko langsung mencaplok susu kirinya dengan liar dan ganas, pipinya sampai kempot menyedot toket itu, aku mendekatkan handycam untuk lebih fokus ke momen tersebut.

“Gimana Pak? Manis nggak susunya?” tanyaku sambil mensyuting.
“Mantap neng, ini baru pas susunya!” dia melepas sebentar emutannya untuk berkomentar lalu kembali menyusu dan mengorek-ngorek memek nya, tangan lainnya mengelusi punggung Yesti.
Taryo masih terus menciuminya, lidahnya terus menyapu rongga mulutnya, begitu pula Yesti juga dengan liar beradu lidah dengannya. Jempol Taryo menggesek-gesek putingnya diselingi pencetan dan pelintiran dan remasan di toketnya. Yesti sendiri makin cepat ngocokin kontol Pak Joko sehingga penjaga villaku ini terpaksa menghentikannya karena tidak mau buru-buru keluar pejunya. Kini dia suruh sepupuku merunduk (sehingga posisinya setengah berbaring ke samping) dan mengoral kontol nya. 

Dengan bernafsu, Yesti melayani kontol Pak Joko dengan mulut dan lidahnya, mula-mula dia jilati buah pelir dan batangannya dengan pola naik-turun, sampai di kepalanya sengaja dia gelitik dengan lidahnya dan dikulum sejenak. Pemiliknya sampai mengerang-ngerang keenakan sambil meremasi toket nya yang menggantung.
Taryo menarik gaun itu ke bawah hingga lepas, menyusul celana dalamnya. Setelah menelanjangi Yesti, dia melepaskan bajunya sendiri. Diobok-oboknya memek Yesti dengan jari-jarinya, liang itu pun semakin becek akibat perbuatannya, cairannya nampak meleleh keluar dan membasahi jarinya.

“Enngghh.. Uuuhh.. Uhh!” desah Yesti disela-sela aktivitas menyepongnya.
Kemudian Pak Joko rebahan di tikar dan dia suruh Yesti naik ke wajahnya, rupanya dia mau menjilati memek nya. Gantian sekarang Taryo yang dikaraoke, kontol nya yang hitam berurat dan lebih besar dari Pak Joko dikocok-kocok oleh Yesti yang sedang mengemut pelirnya. Dia menyentil-nyetilkan lidahnya pada lubang kencingnya sehingga Taryo mengerang nikmat.
“Ayo dong Neng, masukin aja, jangan cuma bikin geli gitu” kata Taryo sambil menekan kontol itu masuk ke mulutnya, lalu wajahnya pun dia tekan dalam-dalam saking tidak sabarnya sehingga mata Yesti membelakak karena sesak. Dia meronta ingin melepaskan benda itu dari mulutnya, tapi tangan Taryo yang kokoh menahan kepalanya.

“Sudah dong Tar, jangan sadis gitu ah, bisa mati tercekik dia, tongkol lu kan gede” bujukku agar Taryo memberinya sedikit kelegaan.
“Non Yessicanya seneng kok Neng, tuh buktinya!” tangkis Taryo memperlihatkan Yesti yang kini malah memaju-mundurkan kepalanya mengoral kontol nya, tapi kepalanya tetap dipegangi sehingga tidak bisa lepas.
Kamera kudekatkan ke wajah Yesti si cewek nakal ini lagi asyik mengulum kontol Taryo, mulutnya penuh terisi oleh batang besar itu sehingga hanya terdengar desahan tertahan. Kemudian kuarahkan ke bawah mengambil adegan Pak Joko sedang melumat memek nya, dia menjulurkan lidahnya menyapu bibir memek nya. Tangan kanannya mengelus-elus pantat dan pahanya yang mulus, tangan kirinya dijulurkan ke atas memijati toket nya.

Ekspresi keenakan Yesti terlihat dari gerak pinggulnya yang meliuk-liuk. Lidah Pak Joko menjilat lebih dalam lagi, dipakainya dua jari untuk membuka bibir memek nya dan disapunya daerah itu dengan lidahnya. memek nya jadi tambah basah baik oleh ludah maupun cairan memek nya sendiri. Walaupun terangsang berat aku masih tetap mensyuting mereka sambil sesekali meremas toket ku sendiri, memek ku juga sudah mulai lembab.
“Emmh.. Emmhh.. Angghh!” Yesti mendesah tertahan dengan mata merem-melek, tangannya meremasi rambut Pak Joko di bawahnya.
Cairan bening meleleh membasahi memek nya dan mulut Pak Joko. 

Pak Joko makin mendekatkan wajahnya ke selangkangannya dan menyedot dan menjilati memek nya selama kurang lebih lima menit, selama itu tubuh Yesti menggelinjang hebat dan sepongannya terhadap kontol Taryo makin bersemangat. Puas menikmati memek , Pak Joko menarik keluar kepalanya dari kolong Yesti. Dia mengambil posisi duduk dan menaikkan Yesti ke pangkuannya. Tangannya yang satu membuka lebar bibir memek nya sedangkan yang lain membimbing kontol nya memasuki liang itu.

Taryo cukup mengerti keadaannya dengan membiarkan Yesti melepas kontol nya yang sedang dioral untuk mengatur posisi dulu. Yesti menurunkan tubuhnya menduduki kontol Pak Joko hingga kontol itu melesak ke dalamnya diiringi erangan panjang. Pak Joko juga melenguh nikmat akibat jepitan memek Yesti yang kencang itu. Aku mendekatkan kamera ke selangkangan mereka agar bisa meng-close-up adegan itu. Yesti mulai naik-turun di pangkuannya, toket nya diremasi dari belakang oleh Pak Joko.
Kembali Taryo memasukkan kontol nya ke mulut Yesti yang langsung disambut dengan jilatan dan sepongan. Kurang dari lima belas menit, Taryo sudah mengerang tak karuan sambil menekan kepala Yesti.
“Hhmmpphh.. Oohh.. Keluar Neng!” demikian erangnya panjang.

Pipi Yesti sampai kempot mengisapi peju Taryo, namun hebatnya belum nampak setetespun cairan itu meleleh keluar dari mulutnya, padahal di saat yang sama Pak Joko juga sedang ngentot memek nya dari bawah. Hingga erangan Taryo berangsur-angsur mereda, dia pun mulai melepas kontol itu dan menjilati sisa-sisa sperma di batang kontol nya. kontol Taryo kelihatan sedikit menyusut setelah menumpahkan isinya.
“Wuihh.. Gile bener sepongan Neng Yesti nggak kalah dari Neng Cindy” komentarnya.
Kamera kudekatkan ke wajah Yesti yang sedang menjilati sisa-sisa peju di kontol Taryo dengan rakus. Sambil men-charge kontol nya, Taryo bermain-main dengan toket Yesti, kedua bongkahan kenyal itu dia caplok dengan telapak tangannya dan dihisapi bergantian. Kulit toket yang putih itu sudah memerah akibat cupangan Taryo. Suara erangan sahut-menyahut memanaskan suasana.

Yesti turun naik tubuhnya dengan bersemangat memek nya ngentot kontol gede tersebut, semakin lama makin cepat dan mulutnya menceracau tak karuan.
“Oohh.. Aauuhh.. Aahh!” lolongnya dengan kepala mendongak ke langit bersamaan dengan tubuhnya yang mengejang, didekapnya kepala Taryo erat-erat sehingga wajahnya terbenam di belahan toket nya. Momen indah ini terabadikan melalui handycamku dan terus terang aku sendiri sudah terangsang berat dan ingin segera bergabung, tapi sepertinya belum saatnya, nampaknya mereka berdua sedang getol-getolnya menggarap Yesti sebagai barang baru daripada aku yang sudah sering mereka kerjai.

Yesti ambruk di atas tubuh Pak Joko dengan kontol masih tertancap. Pak Joko mendekapnya dan mencumbunya mesra, lidah mereka berpaut dan saling menghisap. Kini Taryo yang senjatanya sudah di reload meminta gilirannya. Pak Joko pun menurunkan Yesti dari tubuhnya dan ke dalam mengambil minum. Kedua pergelangan kaki Yesti dipegangi Taryo lalu dia bentangkan pahanya lebar-lebar. Setelah menaikkan kedua betisnya ke bahu, Taryo menyentuhkan kepala kontol nya ke bibir memek nya.

Walaupun memek itu sudah basah, tapi karena kontol Taryo termasuk besar, lebih besar dari Pak Joko, Yesti meringis dan mengerang kesakitan saat liang senggamanya yang masih rapat diterobos benda hitam itu, tubuhnya tegang sambil meremasi tikar di bawahnya, mungkin dia belum terbiasa dengan kontol seperti itu. Taryo sendiri juga mengerang nikmat akibat himpitan dinding memek nya
“Uuuhh.. Uhh.. Sempit banget sih, asoy!” erangnya ketika melakukan penetrasi.
Aku sebagai juru kamera sudah terlalu menghayati sampai tak sadar kalau tangan kiriku menyelinap lewat bawah bajuku dan memijiti toket ku sendiri, kuputar-putar putingku yang sudah mengeras dari tadi. Taryo mulai menggerakkan kontol nya perlahan yang direspon Yesti dengan rintihannya. Pak Joko kembali dari dalam, dia bersimpuh di samping mereka lalu meletakkan tangan Yesti pada kontol nya. Dia menikmati kontol nya dipijat Yesti sambil meremas toket nya.

Taryo menaikkan tempo permainannya, disodoknya Yesti sesekali digoyangnya ke kiri dan kanan untuk variasi, tak ketinggalan tangannya meremasi pantatnya yang montok. Yesti semakin menggeliat keenakan, desahannya pun semakin mengekspresikan rasa nikmat bukan sakit. Pak Joko merundukkan badannya agar bisa menyusu dari toket nya, diemut-emut dan ditariknya puting itu dengan mulutnya.
Sekitar limabelas menit kemudian mereka berganti posisi karena Pak Joko juga sudah mau mencoblos lagi. Kali ini tanpa melepas kontol nya Taryo mengangkat tubuh Yesti, dia sendiri membaringkan diri di tikar sehingga Yesti kini diatasnya. Kemudian Pak Joko menyuruhnya agar mengangkat pinggulnya, Yesti lalu mencondongkan badannya ke depan sehingga pantatnya menungging dan toket nya tepat di atas wajah Taryo.
“Bapak tusuk di pantat yah Neng, tahan yah kalo agak sakit” kata Pak Joko meminta ijin.
“Jangan terlalu kasar yah Pak, saya takut nggak tahan” kata Yesti dengan suara lemas.
“Engghh.. Pak!” erangnya saat Pak Joko memasukkan telunjuknya ke anusnya, lalu dia masukkan juga jari tengahnya sambil diludahi dan digerak-gerakkan untuk melicinkan jalan bagi kontol nya.

Setelah merasa cukup, Pak Joko mulai memasukkan barangnya ke sana, kelihatannya cukup susah sehingga dia harus pakai cara tarik ulur, keluarin satu senti masukkan tiga senti sampai menancap cukup dalam dan setelah setengahnya lebih dengan sedikit tenaga dia hujamkan hingga mentok.
“Akkhh.. Sakit..!!” erangannya berubah jadi jeritan ketika pantatnya dihujam seperti itu.
Kedua penjaga villa ini bagaikan kuda liar menggarap kedua liang senggama sepupuku, kedua tubuh hitam yang menghimpit tubuh putih mulus itu seperti sebuah daging ham diantara dua roti hangus, mereka sudah bermandikan keringat dan nampak sebentar lagi akan mencapai puncak. Aku sejak tadi sibuk berpindah sana-sini untuk mencari sudut yang bagus.

Yesti mulai mengejang dan mengerang panjang menandai klimaksnya. Tapi kedua penjaga villa itu tanpa peduli terus ngentot hingga beberapa menit kemudian. Mereka mencabut kontol nya dan menelentangkan Yesti di tikar. Mereka cukup mengerti permintaan Yesti agar tidak membuang di dalam karena sedang masa subur, Pak Joko menumpahkan ke wajah dan mulutnya, sedangkan Taryo ke perut dan dadanya. Meskipun masih lemas, Yesti tetap menggosokkan peju itu ke badannya. Ketiganya rebahan dan mengatur kembali nafasnya.
“Gimana Yes, puas nggak?” tanyaku.
“Aduh Ci.. Lemes banget, kayak nggak bisa bangun lagi rasanya deh!” jawabnya lemas dengan sisa tenaganya.
“Gimana Bapak-Bapak, masih kuat nggak? Gua belum dapat nih!” kataku pada kedua orang itu.
“Iya ntar Neng, harus isi tenaga dulu nih!” jawab Pak Joko.

“Ya sudah istirahat aja dulu, gua mau minum nih haus!” kataku meninggalkan mereka dan menuju ke dalam.
Aku menuangkan air dingin dari kulkas dan meminumnya. Setelah menutup pintu kulkas dan membalik badan tiba-tiba Taryo sudah di belakangku, kaget aku sampai gelas di tanganku hampir jatuh.
“Duh.. Ngagetin aja lu Tar, dateng nggak kedengeran gitu kaya setan aja!” omelku, “Ngapain? Mo minum?”
Tanpa berkata-kata dia mengambil gelas yang kusodorkan dan meminumnya. Aku melihat tubuhnya yang telanjang, kontol nya dalam posisi setengah tegang, pelirnya menggantung di pangkal pahanya seperti kantung air. Setelah berbasa-basi sejenak aku mendekati dan memeluknya, berpelukan mulut kita mulai saling memagut, lidah bertemu lidah, saling jilat dan saling belit, kugenggam kontol nya dan kupijati. Elusannya mulai turun dari punggungku ke bongkahan pantatku yang lalu dia remasi.

Kemudian kuajak dia ke ruang tengah lalu kupersilakan dia duduk di sofa. Aku berdiri di hadapannya dan melepas pakaianku satu persatu hingga tak menyisakan apapun di badanku dengan gerakan erotis. Aku berhenti tepat di depannya yang sedang duduk, nampak dia terbengong-bengong menyaksikan keindahan tubuhku, tangannya merabai paha dan pantatku.
“Neng cukur jembut yah, jadi rapih deh hehehe..” komentarnya terhadap bulu memek ku yang beberapa hari lalu kurapihkan pinggir-pinggirnya hingga bentuknya memanjang.

Menanggapinya aku hanya tersenyum seraya mendekatkan memek ku sejengkal dan sejajar dari wajahnya, seperti yang sudah kuduga, dia langsung melahapnya dengan rakus.
“Eemmhh.. Yess!” desahku begitu lidahnya menyentuh memek ku.
Kurenggangkan kedua pahaku agar lidahnya bisa menjelajah lebih luas. Sapuan lidahnya begitu mantap menyusuri celah-celah kenikmatan pada memek ku. Aku mendesah lebih panjang saat lidahnya bertemu klitorisku yang sensitif. Mulutnya kadang mengisap dan kadang meniupkan angin sehingga menimbulkan sensasi luar biasa. Sementara tangannya terus meremas pantatku dan sesekali mencucuk-cucuk duburku. Aku mengerang sambil meremas rambutnya sebagai respon permainan lidahnya yang liar. Puas menjilati memek ku, dia menyuruhku duduk menyamping di pangkuannya. Dengan liarnya dia langsung mencaplok toket ku, putingnya dikulum dan dijilat, tangannya menyusup diantara pahaku mengarah ke memek . Selangkanganku terasa semakin banjir saja karena jarinya mengorek-ngorek lubang memek ku.

Selain toket ku, ketiakku yang bersih pun tak luput dari jilatannya sehingga menimbulkan sensasi geli, terkadang dihirupnya ketiakku yang beraroma parfum bercampur keringatku. Tanganku merambat ke bawah mencari kontol nya, benda itu kini telah kembali mengeras seperti batu. Kuelusi sambil menikmati rangsangan-rangsangan yang diberikan padaku. Jari-jarinya berlumuran cairan bening dari memek ku begitu dia keluarkan. Disodorkannya jarinya ke mulutku yang langsung kujilati dan kukulum, terasa sekali aroma dan rasa cairan yang sudah akrab denganku.
Tubuhku ditelentangkan di meja ruang tamu dari batu granit hitam itu setelah sebelumnya dia singkirkan benda-benda diatasnya. Nafasku makin memburu ketika kontol Taryo menyetuh bibir memek ku.

“Cepet Tar, masukin yang lu dong, nggak tahan lagi nih!” pintaku sambil membuka pahaku lebih lebar seolah menantangnya.
Karena mejanya pendek, Taryo harus menekuk lututnya setengah berjinjit untuk menusukkan kontol nya. Aku menjerit kecil merasa perih akibat cara memasukkannya yang sedikit kasar. Selanjutnya kita larut dalam birahi, aku mengerang sejadi-jadinya sambil menggelengkan kepala atau menggigit jariku. Kini dia berdiri tegak memegangi kedua pergelangan kakiku, sehingga pantatku terangkat dari meja. toket ku terguncang-guncang mengikuti irama goyangannya yang kasar.
Dalam waktu duapuluh menit saja aku sudah dibuatnya orgasme panjang sementara dia sendiri belum menunjukkan tanda-tanda akan keluar.
Sekarang dia merubah posisi dengan menurunkan setengah tubuhku dari meja, dibuatnya aku nungging dengan kedua lututku bertumpu di lantai, tetapi badan atasku masih di atas meja sehingga kedua toket ku tertekan di sana. Dia kembali menusukku, tapi kali ini dari belakang, posisi seperti ini membuat sodokannya terasa makin deras saja.

Aku ikut menggoyangkan pantatku sehingga terdengar suara badan kita beradu yaitu bunyi plok.. plok.. tak beraturan yang bercampur baur dengan erangan kita. Tak lama kemudian aku kembali orgasme, tubuhku lemas sekali setelah sebelumnya mengejang hebat, keringatku sudah menetes-netes di meja.
Namun sepertinya Taryo masih belum selesai, nampak dari kontol nya yang masih tegang. Aku cuma diangkat dan dibaringkan di sofa, lumayan aku bisa beristirahat sebentar karena dia sendiri katanya kecapekan tapi masih belum keluar. kita menghimpun kembali tenaga yang tercerai-berai.
“Yesti sama Pak Joko mana Tar? Kok nggak masuk-masuk?” tanyaku pelan.
“Nggak tahu juga Neng, mungkin sudah mulai ngentot lagi di luar, kita lihat aja yuk!”
“Oo… kalo gitu ntar aja deh, masih lemas”

Namun sebagai jawabannya Taryo malah menggendong tubuhku dan membawaku ke kebun. Di sana Yesti maupun Pak Joko sudah tidak ada lagi yang ada hanya baju mereka yang berceceran di atas tikar. Sayup-sayup terdengar suara desahan tak jauh dari sini, tepatnya dari kolam renang.
Dengan menggendongku, Taryo berbelok ke kanan menuju ke kolam. Di sana kita melihat di kolam daerah dangkal Pak Joko sedang asyik ngentot sepupuku dari belakang dengan doggy style. Yesti mendesah-desah dan sesekali menjerit kecil menerima sodokan Pak Joko, rambut panjangnya kini basah oleh air dan terurai karena ikat rambutnya sudah dilepas.
“Neng, kita nyebur juga yuk, biar seger” ajak Taryo.

Aku menganggukkan kepala menyetujuinya, diapun melangkah turun ke air, di sana tubuhku dia turunkan hingga terendam air. Hmm.. Rasanya dingin dan menyegarkan, sepertinya keletihanku agak terobati oleh air.
“Masih kuat juga Pak Joko, sejak kapan mulai lagi nih?” sapa Taryo.
“Kuat dong, buat neng-neng cantik ini kapan lagi,” sahut Pak Joko di tengah aktivitasnya.
Air kolam merendamku hingga dada ke atas, aku sandaran pada dinding kolam mengendurkan otot-ototku. Taryo kembali menghampiri dan menghimpit tubuhku. Diciumnya aku dibibir sejenak lalu ciumannya merambat ke telinga dan leher sehingga aku menggeliat geli. kontol nya kugenggam lalu kukocok di dalam air. Dia angkat satu kakiku dan mendekatkan kontol nya ke memek ku. Dengan dibantu tanganku dan dorongan badannya, masuklah kontol itu ke memek ku.

Air semakin beriak ketika dia memulai entotannya yang berangsur-angsur tambah kencang. Kakiku yang satunya dia angkat sehingga tubuhku melayang di air dengan bersandar pada tepi kolam. Aku menengadahkan wajah menatap langit yang sudah mulai senja dan mengeluarkan desahan nikmat dari mulutku. Mulutnya melumat toket ku dan mengisapnya dengan gemas membuatku semakin tak karuan.
Aku menoleh ke sebelah untuk melihat Yesti yang berada sekitar lima meter dari kita, sekarang mereka sudah berganti posisi, Yesti duduk di atas pangkuan Pak Joko menggoyang-goyangkan tubuhnya di atas kontol Pak Joko yang disaat bersamaan sedang mengenyot toket nya. Tangan kiri Pak Joko bergerilya mengelusi punggung dan pantatnya. Taryo memang sungguh perkasa, padahal kan sebelumnya dia sudah menggarap Yesti sampai orgasme berkali-kali. Aku sendiri sudah mulai kecapekan dan setengah sadar karena sodokan-sodokan brutalnya. Gesekan-gesekan kontol nya dengan dinding memek ku seperti menimbulkan getaran-getaran listrik yang membuatku gila. Mataku mebeliak-beliak keenakan hingga akhirnya aku klimaks lagi bersamaan dengan Taryo. pejunya yang hangat mengalir mengisi rahimku.

“Neng.. Neng keluar nih saya!” erangnya panjang sambil meringis.
Rasanya sungguh lemas, badan seperti mati rasa, mataku juga makin berat. Mungkin karena kecapaian di perjalanan atau Taryo yang terlalu bersemangat, akupun tak sadarkan diri, padahal jarang sekali aku pingsan setelah bersenggama. Aku masih sempat merasakan diriku digendong Taryo lalu dibaringkan di pinggir kolam, juga menyaksikan Yesti sedang mengoral Pak Joko yang berdiri berkacak pinggang, nampaknya mereka juga sudah mau selesai, tapi entahlah karena aku keburu tidak sadar.
Aku terbangun ketika langit sudah gelap di kamarku, masih telanjang dan terbaring di ranjang. Yesti lah yang membangunkanku dengan mengguncangkan tubuhku. Dia juga masih telanjang, cuma ada kita berdua di kamar ini. Aku mengucek-ngucek mataku sambil menggeliat.
“Jam berapa Yes?” tanyaku dengan pelan.

“Setengah tujuh, mandi yuk, gua juga baru bangun!” ajaknya.
“Entar ah, masih lemes sepuluh menit lagi deh!” jawabku dengan malas dan menarik selimut menutup tubuh bugilku.
“Ci, handycamnya mana? Lihat dong hasilnya, bagus nggak?”
“Mm.. Di ruang tengah kali, terakhir gua taro sana, coba lihat aja”
“O iya, Yes.. Sekalian buatin air hangat yah, tinggal buka krannya aja kok, itu otomatis!” pintaku sebelum dia keluar dari kamar.
Dia kembali tak lama kemudian dengan membawa handycam dan segelas air putih. Kugeser tubuhku duduk bersandar ke ujung ranjang. Dia minta aku menyalakan alat itu karena tidak mengerti. kita menyaksikan hasil rekamanku tadi melalui layar kecil pada alat itu.
“Hot juga lu Yes mainnya, bakat jadi bintang bokep nih!” godaku melihat keliarannya, “By the way, gimana perasaan lu sesudah ngeliat ini?”
“Lega Ci, gua akhirnya bisa juga ngebales cowok brengsek itu, biar tahu rasa dia ceweknya main sama orang-orang kaya gini, putus ya putus, gua dah nggak peduli lagi kok” katanya berapi-api.

“Sudah dong jangan nafsu gitu Yes, serem ah liatnya!” kataku sambil mengelus-elus punggungnya menenangkan.
“Eh.. Gimana airnya, bisa tumpah nih!” kataku mendadak baru ingat limabelas menit kemudian gara-gara asyik ngobrol sambil menonton rekaman itu.
kita buru-buru ke kamar mandi dengan berlari kecil dan benar saja airnya sudah meluap tapi sepertinya belum lama karena lantainya belum terlalu banjir. Terpaksa harus kubuang sedikit airnya, lalu kutaburi buble bath dan mengocoknya hingga berbusa. Kusuruh Yesti agar membawa saja handycamnya ke sini agar bisa nonton sambil berendam. Hhmm.. Segarnya berendam di air hangat berbusa itu, sepertinya segala beban seharian hilang sudah oleh kesegarannya.

Di bathtub kita saling menggosok punggung kita sambil menonton handycam yang diletakkan di tepi bak yang agak lebar, aku juga membantu Yesti mengkramas rambutnya yang panjang itu. Setelah dua puluh menitan kamipun menyelesaikan mandi kita, kuguyur badanku dengan air membersihkan busa-busa yang menempel lalu mengelap badan dengan handuk. Yesti ke kamar dahulu karena aku mau buang air kecil dulu. Aku keluar dari kamar mandi sambil mengikat tali pinggang kimonoku, di ruang tengah aku berpapasan dengan Pak Joko yang juga baru masuk dari pintu yang menuju kolam.
“Eh Bapak, Taryo mana Pak, kok nggak keliatan?” sapaku.

“Oo.. Tadi katanya mau pulang dulu ke rumahnya, ndak tahu deh ngapain,” jawabnya, “Tapi nanti katanya mau ke sini lagi sekalian bawain makanan”
Aku lalu meninggalkannya dan masuk ke kamarku, di sana Yesti yang masih memakai gulungan handuk di kepalanya sedang mengoleskan body lotion pada pahanya. Tak lama kemudian terdengar bel berbunyi, Taryo datang membawa empat bungkus nasi uduk, dia bilang tadi dia menengok istri dan orang tuanya dulu di desa tak jauh dari sini. kita makan di meja makan, tidak terlalu enak sih, tapi lumayan lah buat sekedar ganjal perut.
Di tengah makan, terdengarlah suara dering HP dari kamarku.
“HP lu tuh Yes, sana gih terima dulu!” kataku padanya.

Yesti bergegas ke kamar meninggalkan makannya yang belum habis sementara kita bertiga meneruskan makan. Taryo selesai paling awal, saat itu Yesti masih belum kembali juga, lama juga neleponnya pikirku.
“Saya panggilin Neng Yessi dulu yah!” kata Taryo setelah meminum airnya seraya melangkah ke kamarku.
Pak Joko sudah selesai makan, sedangkan aku tidak habis karena nasinya kebanyakan, tak enak pula jadi sisanya kubuang. kita berdua membereskan sendok-garpu dan gelas ke bak cucian, serta membuang kertas pembungkus ke tempatnya.
“Yes, ini makannya habisin dulu dong, dingin nanti!” teriakku padanya, “Wah jangan-jangan si Taryo dah mulai lagi tuh, habis belum keluar-keluar sih”

kita berdua pun segera ke kamarku dan benar juga apa kataku tadi. Taryo sudah telanjang, duduk selonjoran di ranjang dan mendekap Yesti yang duduk membelakanginya bersandar pada tubuhnya. Kimono putih bermotif bunga-bunga kuningnya tersingkap kemana-mana, toket kirinya yang terbuka dipencet-pencet dan dimainkan putingnya oleh Taryo. Pahanya terbuka lebar dan dipangkalnya tangan Taryo bermain-main diantara kerimbunan bulunya, mengelusi dan mengocok dengan jarinya.
Tak ketinggalan bahu kirinya yang terbuka dicupangi olehnya. Yesti hanya mendesah dengan ekspresi wajah menunjukkan kepasrahan dan rasa nikmat.
Pak Joko yang terangsang sudah mulai grepe-grepe pantatku dan mulai menyingkap bagian bawah kimonoku. Namun kutepis tangannya.
“Ntar dong Pak, baru juga makan, masih penuh nih perutnya, nggak enak”
“Ya sudah nggak apa-apa pemanasan aja dulu neng, boleh ya” jawabnya sambil membuka bajunya sendiri.
Dia menyuruhku jongkok di depan kontol hitamnya yang setengah ereksi. Akupun menggenggam kontol itu dan mulai memainkan lidahku, kuawali dengan menjilati hingga basah kepala kontol nya, lalu menciumi bagian batangnya hingga pelirnya. Kantong bola itu kuemut disertai mengocok batangnya dengan tanganku.

Perlahan tapi pasti benda itu ereksi penuh karena teknik oralku. Desahan Yesti tidak terdengar lagi, kulirikan mataku melihatnya, ternyata, keduanya sedang asyik berfrech-kiss. Posisi mereka tidak berubah, Yesti hanya menengokkan kepalanya ke samping saja agar bisa saling memagut bibir dengan Taryo.
Pak Joko menikmati sekali permainan lidahku, dia terus merem-melek dan mendesah tak henti-hentinya saat kontol nya kukulum dan kuhisap-hisap. Lama juga aku mengkaraokenya, sampai mulutku pegal, akhirnya dia suruh aku berhenti agar tidak cepat-cepat keluar. Saat itu Taryo dan Yesti sudah ber-posisi 69 dengan pria di atas. Yesti masih mengenakan kimononya yang sudah terbuka sana-sini memainkan kontol Taryo yang menggantung dengan mulutnya. Sedangkan Taryo sibuk melumat memek Yesti, klitorisnya dijilati sehingga tubuh Yesti menegang kenikmatan. Kulihat paha mulusnya menegang dan menjepit kepala Taryo.

Setelah berdiri Pak Joko memagut bibirku yang kubalas dengan tak kalah hot, aku memainkan lidahku sambil tanganku memijat kontol nya. Tangannya meraih tali pinggangku dan menariknya lepas hingga kimonoku terbuka. Sambil terus berciuman tangannya menggeser kain yang menyangga pada kedua bahuku maka melorotlah kimono itu, ditubuhku pun sudah tidak menempel apapun lagi.
Aku melepas ciuman untuk mengajaknya ke ranjang agar lebih nyaman. Di sebelah Yesti dan Taryo yang masih ber-69 kutelungkupkan tubuh telanjangku dan menaruh kepalaku di atas kedua lengan terlipat seperti posisi mau dipijat, dari sini dapat kulihat jelas ekspresi wajah Yesti yang meringis menikmati memek nya dilumat Taryo, sementara dia memainkan kontol yang menggantung di atas wajahnya. Pak Joko menaikiku lalu mencium juga mengelusi punggungku, aku mendesah merasakan rangsangan erotis itu. Ciumannya makin turun sampai ke pantatku, disapukannya lidahnya pada bongkahan yang putih sekal itu, diciumi, bahkan digigit sehingga aku menjerit kecil.

Mulutnya turun ke bawah lagi, menciumi setiap jengkal kulit pahaku. Betis kananku dia tekuk, lalu dia emuti jari-jari kakiku. Beberapa saat kemudian dia menekuk paha kananku ke samping sehingga pahaku lebih terbuka. Aku mulai merasakan jari-jarinya menyentuh memek ku, dua jari masuk ke liangnya, satu jari menggosok klitorisku. Rambutku dia sibakkan dan aku merasakan hembusan nafasnya terasa dekat wajahku. Leher dan tengukku digelikitik pakai lidahnya, juga telingaku, aku tertawa-tawa kecil sambil mendesah dibuatnya. Aku suka rangsangan dengan sensasi geli seperti ini.
Sementara di sebelah kita semakin seru karena Taryo sudah menindih Yesti dan memacu tubuhnya dengan cepat. Yesti menggelinjang dan mengerang setiap kali Taryo menyentakkan pinggulnya naik-turun, tangannya kadang meremasi sprei dan kadang memeluk erat si Taryo. Pak Joko mengangkat pantatku ke atas, kutahan dengan lututku dan kupakai telapak tangan untuk menyangga tubuh bagian atasku. Sesaat kemudian aku merasakan benda tumpul menyeruak ke memek ku.

Seperti biasa aku meringis dengan mata terpejam menghayati moment-moment penetrasi itu. Aku tak kuasa menahan desahanku menerima hujaman-hujaman kontol nya ke dalam tubuhku. Sensasi yang tak terlukiskan terutama waktu dia memutar-mutar kontol nya di memek ku, rasanya seperti sedang dibor saja, aku tak rela kalau sensasi ini cepat-cepat berlalu, makannya aku selalu mendesah:
“Terus.. Terus.. Jangan pernah stop!”
Yesti dan Taryo berguling ke samping sehingga kini Yesti yang berada di atas dan lebih memegang kendali. Dengan liarnya dia menggoyangkan tubuhnya di atas Taryo, diraihnya tangan Taryo untuk meremas toket nya. Wow.. Kali ini dia bahkan lebih binal dan agresif dari tadi siang, di tengah erangannya dia memaki-maki pacarnya yang menyakiti hatinya.

“Randy anjing.. Ahh.. Lu kira aku uuhh.. nggak bisa.. Nyeleweng apa! Engghh.. Terus Bang.. entot gua buat ngebales.. Aahh.. Cowok sialan itu!!”
Kocokan Pak Joko padaku bertambah cepat dan kasar, otomatis eranganku pun tambah tak karuan, sesekali bahkan aku menjerit kalau sodokannya keras. Karena sudah tak bisa bertahan lagi, aku mengalami orgasme dahsyat, sementara Pak Joko dia tak mempedulikan kelelahanku, justru semakin gencar menyodokku. Tanpa melepas kontol nya dia baringkan tubuhku menyamping dan menaikkan kaki kiriku ke pundaknya, dengan begini kontol nya menancap lebih dalam ke memek ku. Selangakanku yang sudah basah kuyup menimbulkan bunyi kecipak setiap menerima tusukan.
Dalam posisi ini aku bisa menyaksikan Taryo dan Yesti tanpa menoleh. toket nya yang berayun-ayun akibat goyangan badannya mendapat kuluman Taryo, beberapa kali kulumannya lepas karena Yesti menggoyangkan tubuhnya dengan kencang, namun dengan sabar Taryo menangkapnya dengan mulut dan mengulumnya lagi.

“Yahh.. entot aku Bang.. Sedot susuku sampai puas.. Ahh.. Perlakukan aku sesukamu.. Biar bajingan itu tahu rasa!!” erangnya terengah-engah melampiaskan dendamnya
Sambil terus ngentot, Pak Joko menyorongkan kepalanya ke toket ku, putingnya ditangkap dengan mulut kemudian digigit dan ditarik-tarik, aku merintih dan meringis karena nyeri, namun juga merasa nikmat. Sementara situasi di sebelah nampaknya makin seru, kalau tadi siang Yesti didominasi oleh mereka berdua, kini sebaliknya Yessicalah yang lebih mendominasi permainan dan justru Taryo dibuat ngos-ngosan oleh keliarannya. Setelah menggelinjang dan mendesah ketika mencapai klimaks, dia mencabut kontol itu dari memek nya, lalu menggeser dirinya ke bawah dan menjilati serta mengulum kontol itu seperti orang kelaparan. Taryo sampai merem-melek dan mendesah-desah dibuatnya.

Dalam jangka waktu lima menitan cairan putih kentalnya sudah menyemprot bagaikan kilang minyak, bercipratan membasahi wajah Yesti, Yesti terus mengocok dengan tangannya, mulutnya dibuka membiarkan cipratan itu masuk ke mulutnya, rambutnya yang panjang itu juga terkena cipratan peju. Setelah semprotannya reda, dia menjilati sisanya yang masih menetes, kepala kontol Taryo yang seperti jamur hitam itu disedot-sedot. Sesudahnya dia mengelap cipratan di wajahnya dengan jarinya, dihisapnya jari-jarinya yang belepotan peju itu, sisanya dibalurkan merata di wajahnya. Kemudian dia rebahan di atas tubuh Taryo, kepalanya bersandar di dadanya, keduanya berpelukan seperti sepasang kekasih.
Aku merasakan sebentar lagi giliran aku klimaks, dinding memek ku makin berdenyut.
“Ayoo.. Pak, terus.. Cindy sudah mau..!” desahku dengan nafas tersenggal-senggal.

Tak lama kemudian aku merasakan tubuhku makin terbakar, aku menggeliat sambil memeluk guling erat-erat. Desahan panjang menandakan orgasmeku bersamaan dengan mengucurnya cairan cintaku membasahi selangkanganku. Dia melepas kontol nya dan menurunkan kakiku, pejunya dikeluarkan di dadaku, setelah itu dia ratakan cairan kental itu ke seluruh toket ku hingga basah mengkilap.
Belum habis rasa lelahku, dia sudah tempelkan kepala kontol nya di bibirku, menyuruh membersihkannya. Dengan sisa-sisa tenaga aku genggam benda itu dan menyapukan lidahku dengan lemas, kujilat bersih dan sisa-sisa pejunya kutelan saja. Akhirnya kita pun terbaring bersebelahan, keringatku bercucuran dengan deras, dadaku naik-turun dengan cepat karena ngos-ngosan.

“Ck.. Ck.. Ck.. What a naughty girl you are, Ci!” terdengar Yesti berkata dari sebelahku.
Aku menoleh ke arahnya yang masih berbaring di tubuh Taryo, dan membalasnya tersenyum. kita masih sempat ngobrol-ngobrol beberapa menit sebelum satu-persatu tertidur kecapekan.
Pagi jam sembilan aku terbangun dan menemukan diriku telanjang tertutup selimut, tidak ada siapapun di kamar semua sudah pergi. Jendela sudah terbuka sehingga sinar matahari menerangi kamar ini, dari luar terdengar suara kecipak air. Aku turun dari ranjang dan melihat ke luar jendela, di kolam Yesti sedang berenang sendirian, tanpa sehelai benangpun alias bugil memek tanpa penutup.

berenang bugil memek keliatan dientot dua kontol threesome gangbang selingkuh cewek seksi

“Yes.. Ooii!” sapaku sedikit teriak sambil melambai, “Mana tuh dua orang itu!?”
Dia menoleh ke asal suara dan balas melambai, “Nggak tahu tuh, kalau Pak Joko tadi lagi nyapu di depan, sini Ci, segar loh renang pagi gini!”
Aku keluar dari kamar dan menyusulnya ke kolam. Baru turun dari tangga, aku hampir bertabrakan dengan Pak Joko yang muncul di sebelah dengan memegang sapu, dia baru masuk ke sini setelah selesai membersihkan halaman depan.
“Aduh, Bapak, ngagetin aja.. Hampir deh!” kataku sambil mengelus dada, “O ya, Taryo hari ini nggak bisa ke sini ya katanya?”
“Haduh.. Bapak juga kaget Neng nongolnya mendadak gini.. Taryo ya, tadi pagi dia pulang ke kampungnya lagi, tapi memang dia bilang hari ini nggak bisa ke sini soalnya entar siang majikannya datang!”
Kebetulan dia ingin minta ijin padaku untuk menengok cucunya yang baru sembuh di desa, tapi sesudah makan siang dia berjanji akan kembali. Setelah dia pergi tinggallah kita dua gadis di villa ini.

Hampir sejam lamanya kita berenang dan mengobrol di kolam. Setelah mandi bersih aku memasak dua bungkus mie Korea untuk sarapan. Habis makan aku mengajaknya jalan-jalan mengelilingi kompleks sekalian menikmati suasana pegunungan yang tenang dan sejuk. Sepanjang jalan, hampir semua orang yang kita temui (terutama pria) memperhatikan kita, bahkan beberapa sempat menggoda dengan kata-kata. Tidak heran sih, karena aku memakai pakaian kemarin yang seksi itu, sedangkan Yesti memakai rok mini warna hitam dengan atasan kaos u can see kuning yang ketat sehingga mencetak bentuk badan dan toket nya yang menantang. Untung hari ini tidak banyak angin, kalau tidak rok yang bahannya lembut itu sudah tertiup angin kemana-mana.
kita sih berlagak cuek aja dengan tatapan-tatapan nakal mereka. Siapa sangka justru penjaga villa yang biasa kurang dianggap malah lebih beruntung dibanding om-om dan pemuda kaya yang kita temui. Ketika pulang kita melihat di villa sebelah sudah terparkir dua buah mobil dan beberapa anak-anak asyik bermain di balik pagar. 

Majikan Taryo dan familinya sudah datang, berarti dia tidak bisa menemani kita lagi karena sibuk melayani mereka.
Di rumah, Yesti meminta kalau nanti ML lagi agar kembali disyuting, dia juga menyayangkan kenapa aku tidak mensyutingnya semalam, padahal menurut dia semalam itu sangat hot adegannya. Iya juga sih pikirku, tapi kan waktu itu nafsu sudah diubun-ubun sampai lupa mau mensyuting juga.
Jam tigaan, setelah Pak Joko kembali, Yesti memintaku mensyutingnya lagi. Kali ini settingnya di ruang tengah tempat Taryo menggarapku kemarin. Yesti dan Pak Joko duduk bersebelahan di sofa, begitu kuberi aba-aba, mereka berpelukan, Pak Joko melumat bibir Yesti dan lidah mereka mulai beradu. Sambil berciuman tangan Pak Joko meraba-raba paha mulusnya semakin ke atas menyingkap roknya yang pendek, Yesti pun tidak kalah aktif, dia meremasi selangkangan Pak Joko dari luar celananya. Kemudian Pak Joko menjatuhkan tubuhnya ke depan menindih Yesti. Mereka mulai saling melucuti pakaian pasangannya sampai bugil.

Selingkuhin pacar dengan 2 kontol sekaligus menggilir memek ku, cewek binal nakal perek bispak toket gede di gangbang threesome
Klik foto untuk memperbesar gambar

Yesti dua kali orgasme di atas sofa, selanjutnya kita pindah ke kamar mandi, mereka ngentot di bawah siraman shower, Yesti menyandarkan tangannya di tembok menerima sodokan Pak Joko dari belakangnya. Sambil ngentot, Pak Joko menyuruhku mengambil sabun cair dekat bathtub, dia menuangkannya ke tangannya lalu membalurinya ke tubuh Yesti. Tangannya yang kasar itu menggosok seluruh tubuhnya, paha, pantat, perut, memek, lalu naik ke toket nya, lama-lama tubuh sabun cair itu semakin berbusa di tubuh Yesti.
Usai menyabuni Yesti, dia membalik tubuhnya menghadapnya. Kaki kanannya diangkat sepinggang, kontol nya diarahkan memasuki lubang senggamanya. Dengan gencarnya dia mengocok sepupuku dalam posisi berdiri. Tak lama kemudian Yesti menengadah dan mengerang panjang mengalahkan suara shower.
“Oohh.. Keluar Pak!!” sambil mempererat pelukannya.

Yesti berlutut dan menerima semprotan peju Pak Joko di wajahnya. Adegan di kamar mandi ini menyudahi persenggamaan siang ini. Malam harinya kita main threesome di kamarku. Pak Joko berbaring sambil menikmati memek Yesti yang naik ke wajahnya, sementara aku sibuk melayani kontol nya dengan mulut dan lidahku. Semakin kukulum semakin keras dan berdenyut benda itu, kulakukan itu sepuluh menit lamanya. Sayang sekali kalau cepat-cepat orgasme sedangkan aku belum mencapai kepuasanku. Akupun naik ke selangakangannya dan memasukkan benda itu ke memek ku.
“Uuugghh..!” desahku saat benda itu menusuk ke dalam.

Di sela-sela kegiatan menikmati memek sepupuku, dia juga mendesah merasakan jepitan memek ku terhadap kontol nya. Liarnya goyanganku membuatnya makin liar memperlakukan Yesti, jilatan-jilatannya nampak lebih seru sampai suara menyeruput cairannya pun terdengar. Tangannya dijulurkan ke atas meraih kedua toket nya, meremasnya sambil terus menyedot memek nya.
“Ahh.. Ohh.. Pak!” desah Yesti sambil menggeliat-geliat.

Setelah Yesti mencapai orgasme, Pak Joko mengajak ganti posisi. Kali ini aku nungging di atas Yesti dengan gaya 69, kembali Pak Joko menusukku dari belakang, sesekali kurasakan lidah Yesti pada memek ku, di bawah sana dia sedang menjilati memek dan kontol Pak Joko yang sedang keluar masuk. Sebagai responnya, aku juga menjilati memek nya yang basah oleh cairan orgasme dan ludah. Aku menjilati bibir memek nya hingga klitorisnya yang merah itu. Hhmm.. Dia memakai pembersih kewanitaan dengan merek yang sama seperti punyaku, aku sudah hafal dengan aromanya.
Tangan Pak Joko mulai merayap di toket ku, memilin puting toketnya dan memijatinya. Aku tidak bisa menahan lebih lama lagi sesuatu yang mau meledak dalam diriku, aku mengerang panjang saat mencapai puncak. 

Selingkuh dengan 2 kontol sekaligus menggilir memek ku, cewek binal nakal perek bispak toket gede di gangbang threesome
Klik foto untuk memperbesar gambar

entotannya masih berlangsung beberapa menit ke depan sehingga memberiku kenikmatan lebih lama. Selesai membawaku ke puncak, kini dia mengincar Yesti. Dia rebahan lalu menyuruh Yesti menaiki kontol nya yang masih mengacung tegak, benda itu basah mengkilap berlumuran lendirku. Dia mengisi memek nya dengan kontol itu diiringi desahan, setelah berhasil menancapkannya tanpa buang waktu lagi dia menggoyangkan tubuhnya. Pak Joko sendiri turun menyentak-nyentakkan pinggulnya ke atas merespon goyangan badannya.
Birahiku mulai naik lagi, maka aku menaiki wajah Pak Joko dalam posisi berhadapan dengan Yesti. Tanpa diminta lagi, lidahnya sudah beraksi menyusuri organ kewanitaanku, jilatannya diselingi kocokan jari tangan yang bergerak liar di dalam memek ku, desahanku pun semakin menjadi-jadi. Kedua telapak tanganku saling genggam dengan Yesti. 

Rasa nikmatku kulampiaskan dengan memagut bibir sepupuku, lidah bertemu lidah lalu saling jilat. Lidah Pak Joko bukan saja menjilati memek ku, duburku pun tidak luput darinya.
“Yeeaah, gitu Pak.. Terus.. Yahh.. Jilati aku sepuasmu!” demikian desahku menghayati setiap jilatannya.
Orgasmeku hanya lebih beberapa detik dari Yesti, tubuh kita menggelinjang di atas tubuh Pak Joko diiringi erangan yang sahut-menyahut. Cairan yang meleleh dari memek ku dilahapnya dengan rakus sekali sampai terdengar suara menyeruputnya. Yesti mencabut kontol itu dari memek nya kemudian rebahan di antara paha Pak Joko mengoral kontolnya. Aku juga merundukkan badanku ke depan mendekati kontol yang masih tegak itu. Berdua kita melayani Adik kecilnya dengan kocokan, jilatan, dan hisapan selama 10 menit hingga isinya muncrat ke wajah kita. kita masih terus mengocok-ngocoknya hingga tetes terakhir, pemiliknya sampai berkelejotan dan melenguh nikmat akibat perbuatan kita. Maninya sudah tidak sebanyak kemarin sehingga kita sedikit berebutan untuk mendapatkannya.

kita terkulai lemas, tubuh kita sudah berkeringat, nafas pun sudah putus-putus.
“Hebat juga ya Bapak ini, bisa tahan segitu lama sama dua cewek” pujiku.
“Ahh.. Neng ini, sebenernya sih berkat jamu tadi sore hehehe!” katanya dengan tersipu malu.
“Oo.. Pantes tadi nafasnya bau gitu, tapi hebat juga ya jamunya Pak” sahut Yesti sambil merapat dan menyandarkan kepalanya pada dadanya.
Sungguh seperti kaisar saja Pak Joko malam itu, tidur diapit dua gadis muda dan cantik, suatu hal yang membuat banyak cowok iri tentunya. Dia juga berterima kasih pada kita karena telah membuatnya merasa muda kembali di usianya. 

Besoknya jam sebelas kita sudah berangkat kembali ke Jakarta. Tidak lupa kita memberi ciuman perpisahan padanya, Yesti pipi kiri dan aku pipi kanan, lalu dibalasnya dengan menepuk pantat kita bersamaan.
Hari itu juga, sore harinya kita membawa rekaman handycam itu ke Verna untuk ditransfer dalam bentuk vcd (komputer Verna memang paling lengkap walau sebenarnya milik adiknya yang sedang kuliah di luar negeri). Cd masternya dibawa Yesti sebagai koleksi pribadinya, copy-nya untuk kita, tentunya hanya untuk kalangan kita-kita saja. Dia mengabariku seminggu setelah kepulangannya bahwa dia telah memutuskan hubungan dengan pacarnya setelah sebelumnya dia mengajak cowoknya menonton bersama rekaman di villa itu sebagai pembalasannya. Kata-kata terakhir pada cowoknya sebelum berpisah adalah..
“Kalau lu bisa main gila, gua juga bisa bikin yang lebih gila!”