This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Kenikmatan Seks Annisa Dengan Pejantan Lain 4

 

Dua bulan sudah cuti ku berlalu dan sekarang aku sudah mulai masuk kerja kembali. Teman-teman dikantor menyambut ku dengan hangat. Menyapa dan memberikan ucapan selamat. Tidak ada yang berubah dikantor ini, hanya ada sedikit perubahan di sana sini. Ku perhatikan teman-teman kelihatan sibuk sekali. Setelah kutanyakan pada salah satu staf ku, ternyata kantor lagi sibuk-sibuknya memperluas jaringan kerja.
Siang itu seperti biasa aku mampir keruang Pak Bram. Kulihat banyak berkas-berkas diatas mejanya.
“Mas, sibuk ya?” tanyaku mengejutkan nya.
“oh Nisa, kirain siapa. Iya nih, banyak klien yang ingin bernegosiasi dengan perusahaan kita.” Jawab pak Bram.
“Mmm ada yang bisa Nisa bantu mas?” kataku menawarkan diri untuk membantu.
“Boleh Nis. O ya sekalian mas mau ngasih tau. Minggu depan mas akan ke Malaysia Nis, nemuin klien kita. Kamu ikut ya.” Pinta pak Bram
“Mmm mau sih mas, tapi kasian anak-anak kalau ditinggal “ jawabku.
“titipin aja ke ibu kamu Nis” kata pak Bram lagi.
“Mmm Nisa minta persetujuan suami dulu ya mas” kataku.
Malam itu ketika aku dan suamiku sedang bersantai, aku pun memberi tahu nya tentang keberangkatan ke Malaysia.
“Pah, dari kantor mamah disuruh berangkat ke Malaysia, ada klien yang mesti ditemuin.” Kataku membuka percakapan.
“Gak bisa orang lain Mah?” tanya suamiku
“Gak bisa Pah, karena itu memang bagiannya mamah, dan juga stafnya mamah semua lagi pada sibuk kejar target “ jawabku sedikit berbohong karena memang dari diriku yang ingin ikut berangkat bersama pak Bram.
“Pergi nya sama siapa Mah? “ tanya suamiku lagi
“Sama pak Bram Pah, beliau butuh staf yang berkompeten untuk ikut, makanya mah disuruh berangkat sama beliau. “
“Mmm kalau sama pak Bram gak papa Mah. Kalo Papah lihat, Pak Bram kayaknya orang yang baik dan gak neko-neko. “
Didalam hati aku hanya senyum-senyum saja mendengar perkataan suamiku. Dia tidak tau kalau pak Bram itu orang yang lebih dari sekedar “neko-neko”.
“Yang penting nanti semuanya disiapkan dengan baik Mah. ASI untuk anak kita jangan lupa. “ lanjut suamiku.
“Iya Papah, nanti mamah siapin semuanya. Beres pokoknya. “ kataku sambil tersenyum manja pada suamiku.
Hari H keberangkatan, seperti biasa aku diantar suamiku kebandara. Di bandara kami bertemu dengan pak Bram dan istri nya.
“Pagi pak Bram “ sapa suamiku
“Pagi juga mas Erwin” jawab pak Bram.
Ya, nama suamiku adalah Erwin. Mereka terlihat asyik dengan obrolan mereka. Bu Tina pun menyapa ku dan kami berbincang-bincang ringan.
“Wah Bu Anis, maaf ya jadi nya ngerepotin Bu Anis. Kata mas Bram, dikantor gak ada yang bisa selain Bu Nisa.” Kata Bu Tina padaku.
“Ah gak papa Bu, namanya juga kerja. Ya harus profesional.” Jawabku dan kemudian kami tertawa bersama.
Tiba waktunya keberangkatan kami, aku dan pak Bram memasuki bandara. Kulihat suamiku pamit pada Bu Tina dan kemudian pulang, Bu Tina pun tidak berlama-lama berdiri diluar, beliau pun langsung pulang.
Tak beberapa lama kemudian kami tiba di Bandar Udara Internasional Kuala Lumpur. Ternyata sudah ada sopir hotel yang dipesan pak Bram menunggu kami.
“Pak Bram ya?” tanya laki-laki itu.
“Betul, mas dari hotel ******* ya?” pak Bram balik bertanya.
“Iya pak” jawab laki-laki itu.
“Nama bapak siapa?” aku pun ikut bertanya.
“Asep Bu.” Katanya. Sambil jalan ke parkiran, kami mengetahui bahwa pak Asep itu orang Bandung yang bekerja disini. Jadinya aku dan pak Bram memanggil nya kang Asep biar lebih akrab, karena memang sama-sama orang Indonesia.
“Kang, hotelnya jauh ya” tanyaku.
“Lumayan neng, sekitar satu jam. Tapi enaknya jalannya lurus saja. Gak membingungkan. “ jawab kang Asep.
Ku lihat kang Asep sedari tadi memperhatikan aku. Aku malah merasa bangga di perhatikan oleh kang Asep. Tiba-tiba pak Bram nyeletuk karena pak Bram pun menyadari kalau kang Asep memperhatikan ku.
“Kenapa kang, istri saya cantik ya?” goda pak Bram. Aku pun hanya tersenyum mendengar perkataan pak Bram.
“eh anu pak, itu…” kang Asep gelagapan menjawab pertanyaan pak Bram.
“Stop dulu saja kang, biar saya yang nyetir. Akang duduk disebelah istri saya saja sini.” Kata pak Bram yang membuat ku sedikit terkejut. Namun aku tau, pak Bram ingin aku menggoda kang Asep.
Kang Asep pindah ke belakang, duduk di sampingku. Ketika mobil berjalan, aku membuka kancing baju ku. Kulihat kang Asep menelan ludahnya. Ku keluarkan payudaraku dan kusodorkan pada kang Asep.
“Mau kang?” goda ku.
Tanpa basa-basi, kang Asep langsung melumat puting payudaraku. Dia terkejut karena payudara ku mengeluarkan ASI. Dilumat dan disedotnya ASI ku, kang Asep sangat bernafsu. Mungkin karena sudah lama tidak dapat jatah dari istrinya karena istrinya di Indonesia. Pak Bram tersenyum melihat kebinalan ku. Aku sudah sangat terangsang oleh permainan lidah kang Asep pada puting payudara ku. Aku mengangkang kan kaki ku dan menarik rok ku ke atas. Dengan buas kang Asep menarik CD ku hingga terlepas. Vagina ku sudah sangat basah. Kemudian kang Asep memasukkan jari-jarinya kedalam vagina ku.
“Owhhh shiiit “ teriak ku. Lama kang Asep mengocok lubang vagina ku dengan tangan nya. Aku semakin terangsang hebat. Tubuhku mengejang, desiran darah mengalir dari ujung kaki hingga kepala. Kemudian aku mengangkat pantat ku dan aku teriak di iringi cairan cintaku yang muncrat kemana-mana.
“Aaarrrrrrrrggghhhhhhh..shiiiit” teriakku keras. Aku pun mendapat kan orgasme pertama ku di Malaysia. Hebat sekali permainan kang Asep. Setelah aku berhenti mengejang, kemudian kang Asep membuka celananya dan mengarahkan penisnya ke vagina ku. Penis nya cukup besar dengan urat-urat yang menonjol. Tak membutuhkan waktu lama, penis kang Asep sudah menancap di vagina ku. Digerakkan bokong nya maju mundur dengan santai. Semakin lama makin cepat dan kuat.
“Bu, saya mau keluar” kata kang Asep.
“Saya juga kang” kataku
Kang Asep semakin mempercepat genjotan nya dan kamipun mencapai orgasme bersama.
“ooouuuuggghhhhhh” kang Asep melenguh panjang sambil ingin menarik keluar penisnya dari vagina ku. Aku langsung melingkar kan kaki ku dan menahan pantat kang Asep sehingga kang Asep menyemprotkan spermanya didalam rahim ku. Kang Asep sedikit terkejut, tapi selanjutnya dia malah menggoyang kan pantatnya.
“Aaaarrgrghhhhh.. “ akupun berteriak ketika orgasme keduaku kudapatkan.
Kang Asep mencabut penisnya dari vagina ku.
“Bu, terimakasih ya Bu. Permainan ibu sangat hebat. Saya memang sudah lama tidak berhubungan badan dengan istri saya.” Kata kang Asep.
“Sama-sama kang, Nisa juga merasa terpuaskan “ jawabku dengan wajah merah merona.
“O ya, ibu sedang menyusui ya? Kok tadi keluar asi nya?” tanya kang Asep.
“Istriku baru habis melahirkan 2,5 bulan yang lalu” pak Bram ikut-ikutan nimbrung obrolan kami.
“oh begitu. Mmm pak terimakasih juga ya sudah diizinkan untuk menikmati istrinya. “ lanjut kang Asep
“kalau kang Asep mau, kang Asep bisa pakai istri saya selama kami disini “ kata pak Bram lagi. Aku sudah benar-benar sangat dilecehkan oleh pak Bram, tapi tidak tahu kenapa aku malah merasa senang dan bangga. Mata kang Asep berbinar-binar mendengar perkataan pak Bram.
“bu Nisa aslinya berjilbab atau tidak? Soalnya kulihat jilbab Bu Nisa gede, yah setahuku jilbab gede itu orang nya alim-alim Bu” tanya kang Asep
“dia memang hijaber kang, makanya saya suka sama dia. Ada sensasi yang berbeda ketika kita ngentot Dengan cewek jilbaber, apa lagi pas ngentot jilbabnya tidak dilepas. Rasanya gimana gitu.” Jawaban pak Bram membuatku semakin horny, padahal beliau melecehkan ku.
“Saya suka juga dengan jilbaber pak, apalagi jilbab ny gede kayak Bu Nisa ini” sambung kang Asep.
Pembicaraan mereka membuat ku sangat terhina, mukaku memerah padam. Aku memalingkan wajahku. Tapi aku benar-benar sangat terangsang dengan kata-kata mereka, ada nikmat tersendiri bagiku.
Sesampainya di hotel, kami langsung cek in kamar. Kamar kami di lantai 18. Kemudian kami naik ke kamar diikuti kang Asep yang membawa barang-barang kami. Sampai di kamar, aku langsung duduk di sofa. Pak Bram kemudian duduk di kasur dan mengeluarkan HP nya untuk mengambil foto-foto ku.
“Pak, bu, saya permisi ya” kata kang Asep setelah merapikan barang-barang kami.
“Mau kemana kang, sini saja” timpal pak Bram. “Kamu duduk disini dulu, dan tolong foto kan kami” kata pak Bram sambil memberikan HP nya pada kang Asep.
“Baik pak” jawab kang Asep tanpa membantah.
Kemudian pak Bram duduk disebelah ku. Tangan nya merangkul tubuhku, dan kami pun berfoto ria seperti seorang model. Tak lama kemudian, pak Bram meremas payudara ku. Bibirnya mengecup bibirku. Tangan nya terus meremas-remas payudara ku sehingga bra dan baju ku basah oleh ASI yg keluar. Dengan perlahan, pak Bram mulai membuka kancing bajuku, melepaskan nya dan menarik bra ku hingga terlepas. Dijilati nya puting ku dan dikenyotnya kuat-kuat, seakan-akan dia ingin menghabiskan ASI yang ada didalamnya. Lama pak Bram mempermainkan ku. Kulihat kang Asep sudah melepaskan celananya dan mengocok penis nya, aku tersenyum melihatnya.
Kemudian pak Bram berdiri diatas sofa, membuka celananya dan menyodorkan penisnya ke mulutku. Pak Bram menghujamkan penisnya kuat-kuat ke mulut ku hingga aku tersedak.
“Uuhhkkkk..”
Namun pak Bram tidak menanggapinya, dia terus menggerakkan pantatnya maju mundur. Ditariknya kepalaku yang masih mengenakan jilbab dan ditekannya kuat-kuat sehingga penis pak Bram masuk seluruhnya ke mulut ku sampai tenggorokan ku pun menggembung. Lama pak Bram menahan penisnya didalam mulut ku, aku pun gelagapan. Tanpa sadar air mataku mengalir dari sudut mataku. Dipukul-pukulnya pipiku sehingga pipiku terasa perih. Pak Bram mendekati telinga ku dan berbisik.
“Ayo lonte ku, berikan service terbaik mu” bisik pak Bram.
Mendengar kata-kata itu, libido ku meningkat. Ku lolos kan rok dan cd yang aku pakai sehingga kini aku telanjang bulat dengan jilbab masih menempel di kepala ku. Aku membuka kakiku dan mengelus-elus itil ku.
“Ayo kang Asep, ikut sini” panggil pak Bram
Tanpa diminta dua kali, kang Asep langsung menyosor vagina ku. Vagina ku dijilati nya dan di colok-colok dengan jarinya. Aku merasakan tubuhku bergetar dan cairan hangat muncrat dari vagina ku. Aku pun mendapat kan orgasme ku. Pak Bram sedikit pun tidak menghentikan kegiatannya. Dia masih menyodok mulut ku. Di bawah, kang Asep masih menjilati vagina ku yang basah. Kemudian jilatannya turun ke bawah ke lubang anus ku. Aku merasakan geli yang luar biasa. Lidah kang Asep bermain di lobang anus ku. Aku mengangkat sedikit pantat ku agar kang Asep bisa dengan leluasa menjilati anus ku.
Tiba-tiba jari kang Asep masuk ke lobang anus ku. Aku ingin menjerit, tapi tertahan penis pak Bram yang masih memenuhi mulut ku. Hanya air mata yang mengalir dari sudut mataku. Setelah jarinya masuk, kemudian dikocok nya anus ku. Perih kurasakan pada anus ku. Karena memang selama ini aku belum pernah bermain di sana. Lama-lama ku rasakan kenikmatan pada anus ku.
Disaat yang sama, pak Bram mendongakkan kepala ku keatas dan dihujamkan penis besarnya itu hingga mentok. Tenggorokan ku penuh oleh penis pak Bram dan kurasakan semburan cairan hangat pak Bram langsung masuk ke dada ku tanpa melewati proses menelan. Aku pun ingin memuntahkan nya, tetapi pak Bram dengan kuat menduduki wajah ku sehingga hanya tangan ku saja yang mampu memukul-mukul lemah dipunggung pak Bram. Air mata ku semakin deras mengalir.
Setelah beberapa lama penis pak Bram menancap di tenggorokan ku, akhirnya beliau pun menarik nya keluar. Aku terbatuk-batuk dan langsung tersungkur ke lantai. Kemudian pak Bram memukul pantat ku, mengangkat kaki ku keatas sehingga posisi terbalik dengan tangan bertumpu di lantai. Pak Bram menjilati vagina ku, trus turun dan menjilati pusar ku. Aku pun merasa geli dan kedua tanganku lemas. Perlahan pak Bram membaringkan tubuhku lagi ke lantai. Aku yang kelelahan hanya dapat melihat samar-samar kang Asep yang mengocok penisnya dan menyemprotkan nya ke jilbab ku. Aku tidak tahu lagi apa yang mereka lakukan, karena aku sudah terlalu lelah dan ku pejamkan mataku.

Kenikmatan Seks Annisa Dengan Pejantan Lain 3

 

abg hot parah cerpen nikmat, cerita seks, cerita sex, cerita dewasa 2017
Pagi itu aku terbangun. Aku merasakan kehangatan dada pak Bram yang menempel dipundak ku, dan juga tangannya yang memegang payudara ku. Aku sudah tidak tau lagi apa yang terjadi selanjutnya setelah kejadian semalam, karena aku langsung tertidur. Aku alihkan tangan pak Bram dari payudara ku. Beliau pun terbangun.
“Kamu sudah bangun Nis?” Tanya pak Bram.
“Iya pak.” Jawabku.
“Gimana semalem? Enak gak main sama bapak?” Tanya pak Bram lagi.
Wajahku memerah, aku sangat malu sekali. Dan dengan ragu akupun menjawab “Hmmm enak sekali pak, baru kali ini Nisa orgasme berkali-kali. Biasanya Nisa gak pernah orgasme dan selalu itu-itu saja gayanya.” Jawabku
“Emang suami mu kenapa Nis?”
“Suamiku meskipun bukan orang yang fanatic, tetapi dia orang yang taat pak. Oral aja gak dibolehin sama dia” jawabku lagi.
Pak Bram hanya tersenyum. Ditariknya tanganku dan wajah kami pun saling berdekatan. “CUP” dikecupnya keningku.
“Kalau Nisa mau, kita bisa kok tetap seperti ini” kata pak Bram.
“Maksudnya pak?” tanyaku
“Ya, kapan-kapan kalo ada waktu kita bisa “main” lagi Nis. Itupun kalo Nisa mau, bapak gak maksa kok” kata pak Bram lagi.
Ada penolakan di dalam hati ini, karena teringat status diriku sebagai istri dari suamiku dan seorang ibu dari anak-anak ku. Namun tak bisa ku pungkiri, aku menginginkan hal semalam terjadi kembali. Tanpa sadar aku pun mengangguk kecil. Pak Bram pun tersenyum.
Hari ini, hari ketiga kami berada di Bengkulu. Dan diluar prediksi, ternyata pekerjaan kamipun telah selesai. Mestinya kami pulang hari Minggu.
“Wah pak, diluar prediksi ini. Ternyata kerjaan udah kelar.” Kataku pada pak Bram.
“iya Nis, ini berkat kerja kamu yang bagus Nis.” Puji pak bram.
“Ah bapak bisa saja. Ini kerja kita berdua pak.” Kataku lagi sambil tersenyum.
“Masih ada tiga hari lagi kita disini Nis, kita nikmati saja. Anggap saja ini liburan.”
Aku diam tak menjawab. Sebenarnya aku ingin pulang cepat-cepat, ingin memeluk suami dan anak-anakku.
“Nis, kenapa diam?” Tanya pak Bram sambil menarik lenganku.
Pak Bram menarikku sehingga wajah kami saling berhadapan. Aku membuang muka karena malu. Kemudian pak Bram mengelus pipiku, menarik kepalaku dan…. “Cup” sebuah kecupan hangat mendarat dikeningku.
“Bapak masih ingin di sini bersamamu Nisa.” Bisik pak Bram ditelingaku.
Jantungku berdegup kencang, aku tau kalau pak Bram masih ingin bercumbu dengan ku. Hati ini berkecamuk, antara menolak dan menerima. Aku gundah, akal sehatku seperti hilang entah kemana. Rasa sesal yang menderaku seakan-akan sirna oleh pesona pak Bram. Akhirnya, kamipun sepakat untuk pulang sesuai jadwal dan mengisi kekosongan waktu dengan liburan.
Rabu malam, seperti biasa pak Bram mengajakku makan malam. Sebelum keluar, pak Bram memberikan tantangan kepada ku.
“Nis, kamu penakut atau pemberani?” Tanya pak Bram.
“pemberani donk” jawabku
“kalo kamu pemberani, kamu harus terima tantangan bapak.” Kata pak Bram lagi.
“Boleh, ayo apa tantangannya pak.” Kataku lagi antusias.
“Hmmm makan malam ini, kamu jangan pake CD. Berani gak?” tantang pak Bram.
Wajahku merona ketika pak Bram menantangku untuk tidak mengenakan CD malam ini.
“Siapa takut.” Jawabku spontan.
Akhirnya aku pun melepas CD yang aku kenakan. Aku berdebar-debar membayangkan bahwa aku akan keluar tanpa mengenakan CD.
Pak Bram tersenyum puas. Kami pun pergi untuk mencari makan malam.
Selama perjalanan, pak Bram tak henti-hentinya mengelus pantatku yang tidak memakai CD. Sopir hotel pun berkali-kali melirik kami. Aku sangat malu sekali, tetapi ada perasaan bangga dan adrenalin yang berbeda. Sesampainya ditempat makan, kamipun turun dari mobil dan menuju ke lesehan. Disini lesehannya sendiri-sendiri. Seperti gazebo dengan tinggi dinding sebatas pinggang. Pak Bram mengajak sang sopir untuk ikut makan bersama kami.
Sembari menunggu makanan datang, tiba-tiba pak Bram merangkulku dan meremas payudara kanan ku. Aku terkejut dan berusaha melepas kan tangan pak Bram dari payudara ku. Sang sopir melihat kami dan melongo. Wajah ku memerah karena malu. Kulihat sopir tersebut menelan ludah menahan konak.
“udah Nis gak pp, tuh liat sopir kita udah sange dari tadi” kata pak Bram.
“Aku malu pak” kataku
“gak pp, kan gak kenal juga. Nanti kalau kita sudah pulang, orang akan lupa.” Kata pak Bram lagi.
Jantungku berdegup kencang, dan tiba-tiba tubuhku lemas tak berdaya. Seperti mendapat kesempatan, tangan pak Bram pun mulai bergerilya di payudaraku. Kurasakan tangannya melepas pengait bra dari balik baju yang aku kenakan. Sekarang bra ku sdah terlepas tetapi masih menutupi payudara ku. Kulihat lagi sopir itu diam dan tak berkedip. Hanya kerongkongan nya saja yang naik turun melenan ludah. Darah ku berdesir melihat itu. Pikiranku sudah kacau. Aku tidak lagi merasakan malu. Ketika pak Bram meremas payudaraku dengan kuat, aku pun terpejam dan melenguh menikmati remasan itu.
“Uhhhkkk………..” teriakku lemah.
Kemudian tangan pak Bram menggosok vagina ku dari balik rok yang aku kenakan. Aku yang tidak mengenakan CD merasakan cairan hangat keluar dari vagina ku.
“Aaahhkkkkkhhh… terus pak.” Racauku sambil tangan kiriku meremas-remas payudara ku sendiri.
Kulihat sang sopir menggosok-gosok penis nya dibalik celana jeans yang ia kenakan. Aku merasakan sensasi yang luar biasa. Aku seorang wanita berhijab yang telah bersuami dan memiliki anak, dipermainkan oleh laki-laki lain dan di depan orang lain juga. Tubuhku semakin bergetar, dan aku merasakan orgasme yang paling hebat.
“Aaaaaaaaaaaakkkhhhhhhhhhhhhhkkkkk………………” Aku melenguh panjang diikuti cairan cintaku yang membanjiri lantai yang kami duduki. Aku terpejam menikmati sisa-sisa orgasme ku. Sang sopir pun merunduk untuk melihat vagina basahku.
“Kamu mau lihat?” Tanya pak Bram pada sopir itu.
Dia hanya mengangguk pelan. Pak Bram menarik rok ku ke atas dan membuka kedua paha ku sehingga vagina ku yang telah basah oleh cairan cinta ku terlihat jelas oleh sopir tersebut. Kembali aku merasakan sensasi yang luar biasa ketika sopir itu melihat kemaluan ku. Tiba-tiba sopir itu menyentuh vagina ku dan mengambil sedikit cairan cinta ku yang kemudian ia jilat.
“Hmmm enak sekali mbak cairan vagina mu” kata sopir itu. Kembali aku merasakan wajahku memerah mendengar pujian itu.
Tak lama kemudian, pelayan datang membawa pesanan kami. Dengan sigap pak Bram menutup rok ku, dan kami pun makan seperti tidak terjadi apa-apa. Dalam perjalanan pulang, tak henti-hentinya sopir melirik ke arah ku. Aku memalingkan muka ku, takut kalau nanti dia mengingat wajahku.
“Mas, kita jalan-jalan dulu ya.” Pinta pak Bram pada sopir.
“Baik pak.” Jawab sang sopir.
“Kita mau jalan kemana pak?” tanya sopir lagi.
“Ke pantai saja mas.” Jawab pak Bram. “Oh ya namamu siapa mas?” tanya pak Bram lagi.
“Sandi pak.” Katanya dengan tersenyum.
“okelah mas sandi, kita cari tempat untuk bersantai ya.” Kata pak Bram lagi.
“siap pak.” Jawab sandi.
Akhirnya kami sampai dipinggir pantai panjang. Aku langsung duduk-duduk dipinggir pantai di atas batu-batu balok yang diletakkan di sana. Pak Bram mengikuti ku, beliau pun duduk di sampingku. Mas sandi pun mengikuti kami, tapi dia duduk dibelakang kami. Pak Bram memulai pembicaraan.
“Nis, gimana tadi. Enak gak?” tanya pak bram.
“Ah bapak, Nisa kan malu pak.” Jawabku
“kamu liat gak ekspresi Sandi tadi, lucu banget Nis.” Kata pak Bram lagi.
“Pak, Nisa ini punya suami dan anak-anak pak. Bapak juga punya kan, bapak tega sekali memperlakukan Nisa seperti ini.” Kataku lagi.
Pak Bram merangkul dan mendekapku.
“Maafkan bapak Nis, tapi kamu itu cantik dan banyak laki-laki yang menginginkan dirimu, termasuk bapak.”
Kata-kata pak Bram membuatku melayang. Dia tau aku senang di puji. Aku memajukan bibirku tanda cemberut. Pak Bram menarikku berdiri. Kemudian beliau mendekapku dari belakang dan mencium pipiku. Kedua tangannya meremas kedua payudaraku. Aku memejamkan mataku menikmati setiap sentuhan pak Bram. Nafsu ku bangkit lagi. Tangan pak Bram menelusuri perutku hingga ke bawah dan sampailah tangan itu diatas rahimku. Dielus nya rahim ku dari luar baju. Lama pak Bram mengelus rahimku. Kemudian tangan pak Bram membuka resleting rok yang aku kenakan sehingga rok ku jatuh ke bawah dan aku pun setengah bugil. Didorongnya tubuhku ke depan sehingga posisiku saat ini menungging dan belahan vagina ku terlihat jelas dari belakang.
Tak lama kemudian terdengar suara tepukan dan teriakan-teriakan dari para pemuda di sana yang sedari tadi melihat tubuhku. Wajahku merona. Reflek aku tarik rok ku dan memakainya kembali, kemudian aku berlari masuk ke mobil. Sandi dan pak Bram menyusulku. Aku hanya diam saja ketika pak Bram masuk ke dalam mobil. Kemudian pak Bram memberi kode pada Sandi untuk kembali ke hotel.
Sesampainya di hotel, aku langsung turun dari mobil dan menuju kamar, diikuti oleh pak Bram dan Sandi yang membawa belanjaan kami, karena tadi kami sempat belanja makanan ringan di A*lfa MA*t. Sambil berjalan, aku melepaskan pengait bra ku dan melepaskan bra ku. Kulihat pak Bram dan Sandi hanya terdiam memandang ku. Aku membalikkan tubuhku dan berjalan mundur sambil aku meremas-remas payudara ku yang masih tertutup baju.
Sampai dikamar, aku langsung membuka gorden kamar sehingga suasana kamar tampak jelas dari luar. Aku langsung melepaskan baju dan jilbabku. Kulihat keluar jendela banyak anak-anak muda yang sedang nongkrong, mereka melihat ku dengan tatapan tak percaya. Aku menyibak kan rambutku dan membuat payudara ku bergoyang. Kudengar teriakan para pemuda itu. Kemudian kututup kembali gorden nya. Kudengar teriakan kecewa mereka. Aku hanya senyum-senyum saja mendengar nya. Pak Bram yang dari tadi hanya melihat, tiba-tiba langsung bergegas kearah ku dan meremas payudara ku dengan kuat.
“Aaauuuu…” teriak ku. Sandi hanya melongo saja melihat kami. Entah setan apa yang sudah merasuki ku, tanpa sadar aku memanggill Sandi untuk mendekat.
“Sandi, sini..” panggil ku.
Aku melepaskan tangan pak Bram dari payudara ku dan berjalan kearah Sandi. Seketika aku langsung membuka resleting celana Sandi dan menarik nya turun kebawah bersama dengan CD nya. Kemudian aku keluarkan penis nya dan mengoral nya. Sandi pun terpejam menikmati kocokan mulutku pada penisnya.
Selang beberapa menit, tubuh Sandi menegang dan ditekannya kepalaku mendekati dirinya sehingga penisnya masuk secara utuh kedalam mulut ku dan kurasakan sperma nya tumpah mengalir melalui kerongkongan ku dan masuk kedalam perutku. Lama ditekannya kepalaku, hampir saja aku terbatuk. Sandi terduduk lemas.
“Wah mbak, mulut mbak enak sekali. Aku ketagihan mbak.” Katanya disela-sela nafasnya yang tersengal-sengal setelah orgasme. Aku hanya tersenyum.
Aku menuju kamar mandi untuk bersih-bersih. Saat aku keluar kamar mandi, ternyata Sandi sudah tidak ada, hanya ada pak Bram yang sedang berbaring di ranjang.
“Nis, kemari.” Kata pak Bram menyuruhku mendekat pada nya.
“Iya pak.” Jawabku
“Gimana kalau kamu jangan panggil saya bapak, panggil saja mas” kata pak Bram kemudian.
“hmmm iya mas.” Kataku lagi.
Aku duduk disampingnya. Lama pak Bram memandangi ku. Aku masih mengenakan rok tanpa CD dan atasannya masih dalam keadaan bugil. Kemudian pak Bram mengelus payudara ku.
“Makin lama mas liat, tubuh kamu makin seksi Nis.” Kata pak Bram dengan tangan yang masih mengelus payudara ku.
“Mmm terimakasih mas.” Kataku sambil tersenyum.
Malam itu, Pak Bram mengajakku untuk tidur. hanya tidur berpelukan saja. Aku merasakan sedikit kecewa. Ku kira pak Bram akan mengajakku untuk berhubungan intim. Tapi aku menurut saja apa kata pak Bram, dan kami pun tertidur.
Kamis pagi, aku terbangun dari tidurku. Kulihat sekeliling ku, Pak Bram sudah tidak ada. Aku pun ke kamar mandi untuk bersih-bersih. Saat kulihat payudara ku, banyak tanda merah bekas kecupan. Seperti nya pak Bram semalam mengeksploitasi tubuhku. Aku memandangi tubuhku dari cermin kamar mandi. Ada perasaan bersalah menyelimuti hatiku. Tapi tidak bisa aku pungkiri bahwa aku menyukai hal ini. Ada kenikmatan lain yang kurasakan ketika orang lain bernafsu melihat ku.
Cepat-cepat kuselesaikan mandiku. Ketika aku akan mengenakan baju, pak Bram masuk.
“Sudah bangun Nis.” Sapa pak Bram.
“Iya mas.” Jawabku.
“Kamu sudah mandi ya. Ini aku belikan baju untuk mu.” Kata pak Bram sambil memberikan bungkusan plastik.
Aku lihat ada kaos lengan pendek warna putih dan kardigan abu-abu.
“Mas, Nisa pake ini?” tanya ku.
“Iya Nis, dan jangan pake bra ya.” Kata pak Bram sambil tersenyum.
“Jangan mas, Nisa malu.” Kataku lagi.
“Gak usah malu Nis, kan gak ada yang kenal juga. Lagian kamu semalam lebih seksi melakukan nya. Mas Cuma pengen nunjukin ke orang-orang kalo Nisa itu cantik dan seksi.” Kata pak Bram lagi.
Pikiranku langsung membayangkan bagaimana semua mata laki-laki tertuju padaku. Fantasiku semakin liar.
“Baik mas, akan Nisa pake.” Kataku lagi
Akhirnya aku mengenakan baju kaos putih tanpa bra, ditutup dengan kardigan abu-abu dan jilbab biru. Bawahanku tetap mengenakan rok tanpa CD.
Tak menunggu lama, Sandi pun mengetuk pintu kamar dan mengatakan mobil sudah siap. Kami pun bergegas keluar untuk jalan-jalan menikmati suasana Bengkulu.
“Wah, mbak cantik sekali.” Kata sandi memujiku.
“Ah biasa aja.” Kataku.
“Beneran mbak, mbak cantik banget. Apalagi kalo kayak kemarin, lebih cantik lagi mbak.” Kata sandi sambil nyengir.
Dadaku bergetar mendengar nya. Fantasi-fantasi liarku muncul.
Kami menaiki mobil. Diajaknya kami berkeliling oleh Sandi. Siang itu kami makan di sekitaran UNIB, banyak tempat-tempat makan untuk mahasiswa. Setelah lama mencari, akhirnya kami memutuskan untuk makan di tempat yang ada lesehan nya. Sembari menunggu pesanan datang, pak Bram memulai aksinya. Dia merangkul ku dan tangannya meremas payudara ku, Sandi hanya senyum-senyum saja.
Didepan kami, para mahasiswa dan mahasiswi melihat apa yang dilakukan pak Bram. Mereka bengong, seperti tak menduga bahwa wanita berhijab sepertiku diperlakukan tak senonoh oleh pak Bram. Aku merasakan sensasi yang luar biasa ketika para mahasiswa itu melihatku di pegang-pegang oleh pak Bram. Aku mulai terangsang. Kurasakan cairan vagina ku membasahi rok yang aku kenakan. Pak Bram menghentikan kegiatannya ketika pelayan datang membawa pesanan kami.
Usai makan kami pun pergi. Aku menoleh kebelakang melihat para mahasiswa tadi memandangi ku, sepertinya mereka tau kalau aku tidak mengenakan CD. Kemudian aku mengedipkan mata pada mereka sambil ku julurkan lidah. Mereka hanya bengong saja melihatku. Aku langsung masuk ke mobil. Pak Bram hanya tersenyum melihat kelakuan ku. Kami pergi ke pantai panjang dan mencari tempat yang sepi. Dibawah pepohonan dekat pantai, Sandi menggelar tikar yang sudah pak Bram siapkan.
Kami duduk-duduk santai menikmati pemandangan laut dan angin sepoi-sepoi. Kemudian pak Bram mengajakku untuk bermain air, aku mengikutinya. Tiba-tiba pak Bram menyiramkan air ke bajuku sehingga payudara dan puting ku terlihat jelas dibalik kaos yang aku kenakan.
“Duh mas, basah kan.” Kataku sambil merengut.
 “Aakkkhhh nikmat sekali mas, aku ingin kita selalu seperti ini.” Kata-kata yang tak seharusnya keluar dari mulut ku, tanpa sadar keluar begitu saja.
“Mas juga Nis, mas pengen kita tetap seperti ini. Saling mengisi dan berbagi.” Kata pak Bram.
Setelah beberapa lama kami bersetubuh, akhirnya kami pun mencapai orgasme bersama-sama. Tapi tentunya aku orgasme untuk yang kesekian kalinya, karena pak Bram sangat hebat dalam urusan ini. Aku pun merapikan pakaianku dan bergegas meninggalkan ruangan pak Bram. Sebelum aku keluar ruangan, tangan nakal pak Bram menggenggam pantat ku dan meremas nya. Aku menoleh sambil tersenyum genit. Seperti itulah hari-hari kami dikantor. Kami sering melakukan hubungan intim tanpa sepengetahuan karyawan lain, dan tentu saja suamiku dan istri pak Bram pun tidak mengetahui hubungan kami.
Satu Minggu berlalu, dan aku baru memberi tau suamiku kalau aku positif hamil. Dia sangat senang sekali. Tetapi ada perasaan bersalah yang menyelimuti hatiku. Suamiku tidak tau kalau itu bukan darah dagingnya.
Kehamilanku masuk bulan ke 7, dan selama itu pula aku sering berhubungan dengan pak Bram. Pernah suatu hari beliau mengajakku untuk rapat diluar kantor, tapi ternyata mengajakku ke Hotel Aston. Beliau ingin menikmati berduaan dengan ku.
“Loh mas, kita gak jadi rapat?” tanyaku pada pak Bram
“Itu alasan saja Nis, mas ingin berduaan saja denganmu. Mas gak tahan melihat kamu, makin hari makin cantik.” Jawab pak Bram sambil tersenyum.
“mmmm mas bisa saja.” Kataku sambil mencubit pinggangnya.
“Nis, mas boleh minta foto-fotomu ya, untuk melepas kangen saja. Kalau malam mas selalu susah tidur mikirin kamu.” Kata pak Bram lagi.
“Boleh mas.” Kataku sambil tersenyum
“O ya nanti kirimin via WA juga ya foto-foto kamu.” Pinta pak Bram lagi.
“Iya mas sayaang.” Kataku sembari mencium bibirnya.
Pak Bram menahan kepalaku sehingga lama kami berciuman. Tangan nya mulai mengelus pantatku. Kemudian tangan pak Bram bermain di payudara ku. Kuat pak Bram meremas payudara ku sehingga aku mendesah kenikmatan.
“Aaahkkkhhh..enak mas.” Racauku
Kemudian kancing bajuku dibuka satu persatu sehingga kini payudara ku hanya tertutup bra yang aku kenakan. Tangan pak Bram mengelus perutku, menggelitik pusarku, dan kurasakan ada gerakan dari dalam rahimku. Sepertinya dedek bayi di dalam ikut merasakan sentuhan pak Bram. Tangan pak Bram terus bermain kebawah hingga pengait rok yang aku kenakan dilepasnya dan sekarang aku hanya mengenakan bra, celana dalam serta jilbab.
Aku mulai tak tahan. Kubuka resleting celana pak Bram dan ku lepas celananya. Kukeluarkan penis pak Bram dari sangkarnya. Ku kocok perlahan hingga pak Bram mendesah kenikmatan.
“Ohhhh terus Nis, enak banget.” Kata pak Bram
Kemudian aku jongkok dan kumasukkan penis pak Bram kedalam mulutku. Ku oral penis pak Bram sampai mengeluarkan cairan bening. Pak Bram menarik ku keatas, dan menggendong ku ke kasur. Dibukanya bra dan CD ku. Di oral nya vagina ku hingga aku merasakan sensasi yang luar biasa.
“Aaahhkkk mas terus mas.. Aaahhhkkk.” Racauku
“kamu suka begini sayang?” tanya pak Bram. Aku hanya mengangguk pelan.
Kemudian pak Bram memasukkan jari-jarinya kedalam vagina ku. Di kocok nya pelan.
“auuhh aahhh.” Desahku.
Semakin lama kocokan pak Bram semakin cepat. Aku merasakan getaran diseluruh tubuhku. Tiba-tiba tubuhku mengejang dan…..”Ssssrrrrrrrrttttt” kurasakan cairan cintaku mengalir deras. Pak Bram menjilat semua cairan cintaku. Setelah orgasme, vaginaku menjadi sangat sensitive. Sentuhan lidah pak Bram membuat ku kegelian.
“Mas, tahan dulu. Geli mas…” pintaku pada pak Bram. Pak Bram pun menghentikan kegiatannya.
Selang beberapa menit, pak Bram memulai kembali aktivitasnya. Dia mencium bibirku, mengecup putingku, dan menjilat pusarku. Perutku bergerak, dedek yang didalam perut menendang-nendang. Pak Bram tersenyum dan semakin lama menjilati pusarku. Lama pak Bram bermain di perutku.
Kemudian pak Bram membuka kaki ku. Diarahkan penis nya ke bibir vaginaku yang masih basah dan “Sluup” masuklah penis besar pak Bram ke dalam rahimku.
Pak Bram mulai memompa penisnya. Penisnya keluar masuk vagina ku dengan ritme sedang. Setelah beberapa menit, pak Bram membalikkan tubuhku hingga posisiku menungging. Dari belakang pak Bram memposisikan kepala penisnya tepat di lubang vagina ku. Pelan-pelan penis pak Bram masuk kembali. “hmmhhh… aaahhhh…” Aku kembali mendesah ketika penis pak Bram masuk.
Pak Bram memeluk pinggangku dan membimbingku naik. Tangan ku bertumpu pada kasur. Pak Bram menggerakkan penisnya maju mundur sembari memegang erat pinggang ku. “Uuuuuh…. Ahhh….. “ kembali aku mengerang kenikmatan. Aku terus mengerang seiring penis pak Bram yang keluar masuk di vaginaku. Entah berapa lama kami melakukannya.
“Mas…. aku… Aaaarrggghhhhhh…” aku mengerang panjang seiring dengan orgasme yang ku dapatkan. Pak Bram semakin mempercepat gerakannya. Tak lama kemudian, pak Bram pun mengerang dan menyemburkan sperma nya ke dalam rahim ku. Kurasakan cairan hangat memenuhi rahim ku. Dedek di dalam perut pun ikut menendang-nendang perut ku.
“AAAARRRRRRGGGGGHHHHHHHHHHHHHHHH…” erang pak Bram keras.
Pak Bram mencabut penis nya dari vagina ku. Kami berbaring sambil pak Bram memeluk tubuh ku.
“Nis, trimakasih ya kamu sudah memberikan kepercayaan pada mas atas tubuh mu” kata pak Bram sambil mengusap kepala ku yang masih mengenakan hijab.
“iya mas, sama-sama. Nisa senang bisa memberikan tubuh ini seutuhnya untuk mas.” Jawabku sambil tersenyum.
Sore itu, pak Bram mengantarkan aku pulang ke rumah. Sebelum aku keluar mobil, pak Bram mengecup kening ku mesra. Aku pun buru-buru keluar mobil setelah ku lihat suamiku keluar rumah. Pak Bram menyapa suamiku dan beliau pun pamit. Aku menggandeng tangan suami ku dan menariknya masuk ke dalam rumah.
Kehamilanku memasuki bulan ke sembilan. Aku pun diberi cuti melahirkan selama dua bulan. Pada hari kelahiran, pak Bram beserta istrinya datang menjenguk ku di RS Siloam. Mereka memberikan semangat dan motivasi padaku. Aku dan suamiku sekarang cukup akrab dengan keluarga pak Bram. Setelah lahiran, pak Bram ingin sekali menggendong bayi kami. Suamiku dan Bu Tina (istri pak Bram) tidak menaruh curiga pada kami. Semua mengalir seperti biasa, malah terjalin hubungan harmonis antar dua keluarga.
Selang seminggu setelah proses lahiran ku, akupun sudah diperbolehkan pulang ke rumah. Keluarga besar kami datang menjenguk. Kemudian kami mengadakan akikah Putri ketiga kami, tak lupa kami pun mengundang pak Bram beserta istrinya. Pak Bram sangat sayang sekali dengan anak ketiga ku, karena dia tau kalau itu adalah darah dagingnya.
Selama masa cuti, kedua anak ku yang lain kutitipkan kerumah orang tua ku. Jadi aku hanya mengurus anak ketiga ku saja. Hari itu, ketika suamiku berangkat kerja, sekitar pukul sepuluh pagi pak Bram datang kerumah sendirian. Ku persilahkan beliau masuk dan menjenguk anaknya.
“Mmm nis, mirip kamu ya, cantik..” kata pak Bram tersenyum.
“Iihh mas bisa aja.” Jawabku sambil mencubit pinggangnya.
Kami saling berpandangan. Aku tau apa yang diinginkan pak Bram, karena memang sudah lama kami tidak berhubungan. Aku pun langsung mencium bibir pak Bram. Ku lumat bibirnya dan kumainkan lidahku didalam mulutnya. Lidah kami saling beradu. Tangan pak Bram mulai menggerayangi tubuhku, meremas-remas payudara ku. Aku terlalu bernafsu jika bersama pak Bram. Tidak tau kenapa jika didekat pak Bram, nafsu ku tidak bisa kutahan.
Daster ku basah oleh ASI yang keluar karena payudara ku diremas pak Bram kuat. Melihat itu, pak Bram semakin bernafsu. Ditariknya keatas daster yang aku kenakan, dan terbukalah payudaraku yang semakin membesar itu dengan puting yang basah mengeluarkan ASI. Dikecupnya putingku dan dikenyotnya kuat-kuat.
“aahhhkkk…uummmmm” racauku.
Pak Bram menikmati ASI eksklusif dari ku. Lama pak Bram bermain di payudara ku. Aku sangat menikmatinya. Kemudian pak Bram menarik turun CD ku sehingga kini aku benar-benar telanjang bulat. Aku berjongkok dan melepaskan celana yang dikenakan pak Bram. Ku kulum dan ku oral penis pak Bram. Beliau pun merem melek menikmati kulumanku. Aku memainkan lidahku di lubang kencingnya, tiba-tiba pak Bram menekan kepalaku kuat sehingga kepala penis pak Bram menyentuh pangkal tenggorokan ku. Aku pun tersedak dan terbatuk-batuk, tapi aku tidak marah sama pak Bram, malah birahi ku semakin meninggi. Aku membayangkan bagaimana jika penis pak Bram masuk sampai kerongkongan ku, seperti yang ku lihat di film-film bokep barat.
Pak Bram mendorong tubuhku kelantai sehingga posisiku berbaring. Kemudian diarahkan penisnya ke vagina ku.
“Ayo lonte ku, terima penisku” kata pak Bram diikuti hentakan keras pada vagina ku.
“Oouuwwhh shiiit…fuck me baby” kataku spontan. Sakit kurasakan pada vagina ku, tapi tidak ku rasakan karena birahi ku meningkat setelah mendengar pak Bram memanggil ku dengan sebutan lonte. Yah aku memang lonte nya pak Bram.
Selagi pak Bram asyik menggenjot ku, tiba-tiba handphone ku berdering. Kulihat panggilan dari suamiku. Aku memberi isyarat pada pak Bram untuk menghentikan sejenak goyangannya.
“Halo assalamu’alaikum, ada apa Pah.” Kataku
“wa’alaikumsalam, gak papa Mah, nelpon aja kok” kata suami ku.
“Aaahhhkkk… “ teriak ku ketika tiba-tiba pak Bram menghujamkan penisnya kuat-kuat dan digenjotnya.
“ada apa Mah?” tanya suamiku
“eengghhh gak papa Pah, aku sakit perut “ jawabku sambil menahan nikmatnya genjotan pak Bram.
“oh ya sudah, mamah istirahat saja ya, jangan terlalu capek. “ kata suami ku.
“iiyyaaa Papah” jawabku tertahan.
“Assalamu’alaikum mah” tutup suamiku
“wa’alaikumsalam Pah” jawabku buru-buru dan langsung menutup telepon.
“Aaaaarrrggghhhhh..” kulanjutkan desahan ku yang tertahan. Birahi ku naik lagi ketika aku menerima telpon dari suamiku sedang kan posisi ku sedang disetubuhi pria lain. Ada sesuatu yang berbeda yang kurasakan.
Semakin lama genjotan pak Bram semakin kuat dan kasar. Diangkatnya tubuhku dan disuruhnya aku menungging. Dengan kuat pak Bram langsung menyodok vagina ku. Dijambak nya rambutku sehingga posisi nya seperti seseorang yang sedang menunggang kuda.
“Mas…Nisa ke..lluuaaarr..aaaarrgrghhhhh..” teriak ku diiringi lelehan cairan vagina yang membanjiri penis pak Bram. Tanpa memberikan ku jeda menikmati orgasme ku, pak Bram terus menggenjot penisnya.
Kemudian pak Bram berdiri dan mengangkat kedua kaki ku, sehingga posisiku saat ini terangkat dengan kedua tangan bertumpu dilantai. Semakin kuat pak Bram menghujamkan penisnya. Tangan ku sudah mulai lelah menahan berat tubuh ku. “Cplok cplok cplok” terdengar suara dari peraduan vagina ku dan penis pak Bram. Tiba-tiba kedua tangan ku melemah dan aku tersungkur ke lantai. Melihat hal ini pak Bram malah menambah kecepatan genjotan nya dan… “AAAARRGRGHHHHH” terdengar erangan keras pak Bram diiringi semburan hangat pada rahimku. Diturunkan nya kedua kaki ku perlahan. Pak Bram berbaring diatas ku dan menciumi tengkuk ku. Kemudian beliau membisikkan sesuatu di telinga ku.
“Nis, kamu mau kan jadi lonte ku?” tanya pak Bram
Mendengar kata-kata yang merendahkan ku seperti itu, aku bukannya marah tetapi malah menjadi sensasi tersendiri bagiku.
“Ya mas, Nisa adalah lonte mas sepenuhnya “ jawabku diiringi senyuman kami berdua.