Dua bulan sudah cuti ku berlalu dan sekarang aku sudah mulai masuk kerja kembali. Teman-teman dikantor menyambut ku dengan hangat. Menyapa dan memberikan ucapan selamat. Tidak ada yang berubah dikantor ini, hanya ada sedikit perubahan di sana sini. Ku perhatikan teman-teman kelihatan sibuk sekali. Setelah kutanyakan pada salah satu staf ku, ternyata kantor lagi sibuk-sibuknya memperluas jaringan kerja.
Siang itu seperti biasa aku mampir keruang Pak Bram. Kulihat banyak berkas-berkas diatas mejanya.
“Mas, sibuk ya?” tanyaku mengejutkan nya.
“oh Nisa, kirain siapa. Iya nih, banyak klien yang ingin bernegosiasi dengan perusahaan kita.” Jawab pak Bram.
“Mmm ada yang bisa Nisa bantu mas?” kataku menawarkan diri untuk membantu.
“Boleh Nis. O ya sekalian mas mau ngasih tau. Minggu depan mas akan ke Malaysia Nis, nemuin klien kita. Kamu ikut ya.” Pinta pak Bram
“Mmm mau sih mas, tapi kasian anak-anak kalau ditinggal “ jawabku.
“titipin aja ke ibu kamu Nis” kata pak Bram lagi.
“Mmm Nisa minta persetujuan suami dulu ya mas” kataku.
Malam itu ketika aku dan suamiku sedang bersantai, aku pun memberi tahu nya tentang keberangkatan ke Malaysia.
“Pah, dari kantor mamah disuruh berangkat ke Malaysia, ada klien yang mesti ditemuin.” Kataku membuka percakapan.
“Gak bisa orang lain Mah?” tanya suamiku
“Gak bisa Pah, karena itu memang bagiannya mamah, dan juga stafnya mamah semua lagi pada sibuk kejar target “ jawabku sedikit berbohong karena memang dari diriku yang ingin ikut berangkat bersama pak Bram.
“Pergi nya sama siapa Mah? “ tanya suamiku lagi
“Sama pak Bram Pah, beliau butuh staf yang berkompeten untuk ikut, makanya mah disuruh berangkat sama beliau. “
“Mmm kalau sama pak Bram gak papa Mah. Kalo Papah lihat, Pak Bram kayaknya orang yang baik dan gak neko-neko. “
Didalam hati aku hanya senyum-senyum saja mendengar perkataan suamiku. Dia tidak tau kalau pak Bram itu orang yang lebih dari sekedar “neko-neko”.
“Yang penting nanti semuanya disiapkan dengan baik Mah. ASI untuk anak kita jangan lupa. “ lanjut suamiku.
“Iya Papah, nanti mamah siapin semuanya. Beres pokoknya. “ kataku sambil tersenyum manja pada suamiku.
Hari H keberangkatan, seperti biasa aku diantar suamiku kebandara. Di bandara kami bertemu dengan pak Bram dan istri nya.
“Pagi pak Bram “ sapa suamiku
“Pagi juga mas Erwin” jawab pak Bram.
Ya, nama suamiku adalah Erwin. Mereka terlihat asyik dengan obrolan mereka. Bu Tina pun menyapa ku dan kami berbincang-bincang ringan.
“Wah Bu Anis, maaf ya jadi nya ngerepotin Bu Anis. Kata mas Bram, dikantor gak ada yang bisa selain Bu Nisa.” Kata Bu Tina padaku.
“Ah gak papa Bu, namanya juga kerja. Ya harus profesional.” Jawabku dan kemudian kami tertawa bersama.
Tiba waktunya keberangkatan kami, aku dan pak Bram memasuki bandara. Kulihat suamiku pamit pada Bu Tina dan kemudian pulang, Bu Tina pun tidak berlama-lama berdiri diluar, beliau pun langsung pulang.
Tak beberapa lama kemudian kami tiba di Bandar Udara Internasional Kuala Lumpur. Ternyata sudah ada sopir hotel yang dipesan pak Bram menunggu kami.
“Pak Bram ya?” tanya laki-laki itu.
“Betul, mas dari hotel ******* ya?” pak Bram balik bertanya.
“Iya pak” jawab laki-laki itu.
“Nama bapak siapa?” aku pun ikut bertanya.
“Asep Bu.” Katanya. Sambil jalan ke parkiran, kami mengetahui bahwa pak Asep itu orang Bandung yang bekerja disini. Jadinya aku dan pak Bram memanggil nya kang Asep biar lebih akrab, karena memang sama-sama orang Indonesia.
“Kang, hotelnya jauh ya” tanyaku.
“Lumayan neng, sekitar satu jam. Tapi enaknya jalannya lurus saja. Gak membingungkan. “ jawab kang Asep.
Ku lihat kang Asep sedari tadi memperhatikan aku. Aku malah merasa bangga di perhatikan oleh kang Asep. Tiba-tiba pak Bram nyeletuk karena pak Bram pun menyadari kalau kang Asep memperhatikan ku.
“Kenapa kang, istri saya cantik ya?” goda pak Bram. Aku pun hanya tersenyum mendengar perkataan pak Bram.
“eh anu pak, itu…” kang Asep gelagapan menjawab pertanyaan pak Bram.
“Stop dulu saja kang, biar saya yang nyetir. Akang duduk disebelah istri saya saja sini.” Kata pak Bram yang membuat ku sedikit terkejut. Namun aku tau, pak Bram ingin aku menggoda kang Asep.
Kang Asep pindah ke belakang, duduk di sampingku. Ketika mobil berjalan, aku membuka kancing baju ku. Kulihat kang Asep menelan ludahnya. Ku keluarkan payudaraku dan kusodorkan pada kang Asep.
“Mau kang?” goda ku.
Tanpa basa-basi, kang Asep langsung melumat puting payudaraku. Dia terkejut karena payudara ku mengeluarkan ASI. Dilumat dan disedotnya ASI ku, kang Asep sangat bernafsu. Mungkin karena sudah lama tidak dapat jatah dari istrinya karena istrinya di Indonesia. Pak Bram tersenyum melihat kebinalan ku. Aku sudah sangat terangsang oleh permainan lidah kang Asep pada puting payudara ku. Aku mengangkang kan kaki ku dan menarik rok ku ke atas. Dengan buas kang Asep menarik CD ku hingga terlepas. Vagina ku sudah sangat basah. Kemudian kang Asep memasukkan jari-jarinya kedalam vagina ku.
“Owhhh shiiit “ teriak ku. Lama kang Asep mengocok lubang vagina ku dengan tangan nya. Aku semakin terangsang hebat. Tubuhku mengejang, desiran darah mengalir dari ujung kaki hingga kepala. Kemudian aku mengangkat pantat ku dan aku teriak di iringi cairan cintaku yang muncrat kemana-mana.
“Aaarrrrrrrrggghhhhhhh..shiiiit” teriakku keras. Aku pun mendapat kan orgasme pertama ku di Malaysia. Hebat sekali permainan kang Asep. Setelah aku berhenti mengejang, kemudian kang Asep membuka celananya dan mengarahkan penisnya ke vagina ku. Penis nya cukup besar dengan urat-urat yang menonjol. Tak membutuhkan waktu lama, penis kang Asep sudah menancap di vagina ku. Digerakkan bokong nya maju mundur dengan santai. Semakin lama makin cepat dan kuat.
“Bu, saya mau keluar” kata kang Asep.
“Saya juga kang” kataku
Kang Asep semakin mempercepat genjotan nya dan kamipun mencapai orgasme bersama.
“ooouuuuggghhhhhh” kang Asep melenguh panjang sambil ingin menarik keluar penisnya dari vagina ku. Aku langsung melingkar kan kaki ku dan menahan pantat kang Asep sehingga kang Asep menyemprotkan spermanya didalam rahim ku. Kang Asep sedikit terkejut, tapi selanjutnya dia malah menggoyang kan pantatnya.
“Aaaarrgrghhhhh.. “ akupun berteriak ketika orgasme keduaku kudapatkan.
Kang Asep mencabut penisnya dari vagina ku.
“Bu, terimakasih ya Bu. Permainan ibu sangat hebat. Saya memang sudah lama tidak berhubungan badan dengan istri saya.” Kata kang Asep.
“Sama-sama kang, Nisa juga merasa terpuaskan “ jawabku dengan wajah merah merona.
“O ya, ibu sedang menyusui ya? Kok tadi keluar asi nya?” tanya kang Asep.
“Istriku baru habis melahirkan 2,5 bulan yang lalu” pak Bram ikut-ikutan nimbrung obrolan kami.
“oh begitu. Mmm pak terimakasih juga ya sudah diizinkan untuk menikmati istrinya. “ lanjut kang Asep
“kalau kang Asep mau, kang Asep bisa pakai istri saya selama kami disini “ kata pak Bram lagi. Aku sudah benar-benar sangat dilecehkan oleh pak Bram, tapi tidak tahu kenapa aku malah merasa senang dan bangga. Mata kang Asep berbinar-binar mendengar perkataan pak Bram.
“bu Nisa aslinya berjilbab atau tidak? Soalnya kulihat jilbab Bu Nisa gede, yah setahuku jilbab gede itu orang nya alim-alim Bu” tanya kang Asep
“dia memang hijaber kang, makanya saya suka sama dia. Ada sensasi yang berbeda ketika kita ngentot Dengan cewek jilbaber, apa lagi pas ngentot jilbabnya tidak dilepas. Rasanya gimana gitu.” Jawaban pak Bram membuatku semakin horny, padahal beliau melecehkan ku.
“Saya suka juga dengan jilbaber pak, apalagi jilbab ny gede kayak Bu Nisa ini” sambung kang Asep.
Pembicaraan mereka membuat ku sangat terhina, mukaku memerah padam. Aku memalingkan wajahku. Tapi aku benar-benar sangat terangsang dengan kata-kata mereka, ada nikmat tersendiri bagiku.
Sesampainya di hotel, kami langsung cek in kamar. Kamar kami di lantai 18. Kemudian kami naik ke kamar diikuti kang Asep yang membawa barang-barang kami. Sampai di kamar, aku langsung duduk di sofa. Pak Bram kemudian duduk di kasur dan mengeluarkan HP nya untuk mengambil foto-foto ku.
“Pak, bu, saya permisi ya” kata kang Asep setelah merapikan barang-barang kami.
“Mau kemana kang, sini saja” timpal pak Bram. “Kamu duduk disini dulu, dan tolong foto kan kami” kata pak Bram sambil memberikan HP nya pada kang Asep.
“Baik pak” jawab kang Asep tanpa membantah.
Kemudian pak Bram duduk disebelah ku. Tangan nya merangkul tubuhku, dan kami pun berfoto ria seperti seorang model. Tak lama kemudian, pak Bram meremas payudara ku. Bibirnya mengecup bibirku. Tangan nya terus meremas-remas payudara ku sehingga bra dan baju ku basah oleh ASI yg keluar. Dengan perlahan, pak Bram mulai membuka kancing bajuku, melepaskan nya dan menarik bra ku hingga terlepas. Dijilati nya puting ku dan dikenyotnya kuat-kuat, seakan-akan dia ingin menghabiskan ASI yang ada didalamnya. Lama pak Bram mempermainkan ku. Kulihat kang Asep sudah melepaskan celananya dan mengocok penis nya, aku tersenyum melihatnya.
Kemudian pak Bram berdiri diatas sofa, membuka celananya dan menyodorkan penisnya ke mulutku. Pak Bram menghujamkan penisnya kuat-kuat ke mulut ku hingga aku tersedak.
“Uuhhkkkk..”
Namun pak Bram tidak menanggapinya, dia terus menggerakkan pantatnya maju mundur. Ditariknya kepalaku yang masih mengenakan jilbab dan ditekannya kuat-kuat sehingga penis pak Bram masuk seluruhnya ke mulut ku sampai tenggorokan ku pun menggembung. Lama pak Bram menahan penisnya didalam mulut ku, aku pun gelagapan. Tanpa sadar air mataku mengalir dari sudut mataku. Dipukul-pukulnya pipiku sehingga pipiku terasa perih. Pak Bram mendekati telinga ku dan berbisik.
“Ayo lonte ku, berikan service terbaik mu” bisik pak Bram.
Mendengar kata-kata itu, libido ku meningkat. Ku lolos kan rok dan cd yang aku pakai sehingga kini aku telanjang bulat dengan jilbab masih menempel di kepala ku. Aku membuka kakiku dan mengelus-elus itil ku.
“Ayo kang Asep, ikut sini” panggil pak Bram
Tanpa diminta dua kali, kang Asep langsung menyosor vagina ku. Vagina ku dijilati nya dan di colok-colok dengan jarinya. Aku merasakan tubuhku bergetar dan cairan hangat muncrat dari vagina ku. Aku pun mendapat kan orgasme ku. Pak Bram sedikit pun tidak menghentikan kegiatannya. Dia masih menyodok mulut ku. Di bawah, kang Asep masih menjilati vagina ku yang basah. Kemudian jilatannya turun ke bawah ke lubang anus ku. Aku merasakan geli yang luar biasa. Lidah kang Asep bermain di lobang anus ku. Aku mengangkat sedikit pantat ku agar kang Asep bisa dengan leluasa menjilati anus ku.
Tiba-tiba jari kang Asep masuk ke lobang anus ku. Aku ingin menjerit, tapi tertahan penis pak Bram yang masih memenuhi mulut ku. Hanya air mata yang mengalir dari sudut mataku. Setelah jarinya masuk, kemudian dikocok nya anus ku. Perih kurasakan pada anus ku. Karena memang selama ini aku belum pernah bermain di sana. Lama-lama ku rasakan kenikmatan pada anus ku.
Disaat yang sama, pak Bram mendongakkan kepala ku keatas dan dihujamkan penis besarnya itu hingga mentok. Tenggorokan ku penuh oleh penis pak Bram dan kurasakan semburan cairan hangat pak Bram langsung masuk ke dada ku tanpa melewati proses menelan. Aku pun ingin memuntahkan nya, tetapi pak Bram dengan kuat menduduki wajah ku sehingga hanya tangan ku saja yang mampu memukul-mukul lemah dipunggung pak Bram. Air mata ku semakin deras mengalir.
Setelah beberapa lama penis pak Bram menancap di tenggorokan ku, akhirnya beliau pun menarik nya keluar. Aku terbatuk-batuk dan langsung tersungkur ke lantai. Kemudian pak Bram memukul pantat ku, mengangkat kaki ku keatas sehingga posisi terbalik dengan tangan bertumpu di lantai. Pak Bram menjilati vagina ku, trus turun dan menjilati pusar ku. Aku pun merasa geli dan kedua tanganku lemas. Perlahan pak Bram membaringkan tubuhku lagi ke lantai. Aku yang kelelahan hanya dapat melihat samar-samar kang Asep yang mengocok penisnya dan menyemprotkan nya ke jilbab ku. Aku tidak tahu lagi apa yang mereka lakukan, karena aku sudah terlalu lelah dan ku pejamkan mataku.